Annual Report

Saturday, 25 April 2015

Bersama Laskar Jentik, lingkunganku bebas jentik

By Ermi Ndoen – Health Officer, Kupang Field Office

Para Laskar Jentik – Agen Perubahan,  bermimpi tentang Sikka  bebas penyakit malaria di Pantai Waiara, Sea World Hotel, Maumere Sikka. © UNICEF Indonesia / 2014 / Ermi

Tidak semua “jentik” merupakan penyebab penyakit berbasis nyamuk, karena di Sikka, NTT, ada pasukan yang menamakan diri mereka Laskar Jentik. 

Laskar Jentik adalah sebutan bagi anak-anak sekolah yang menjadi pasukan pemantau jentik dan merupakan salah satu program pemberantasan penyakit malaria berbasis masyarakat sekolah yang didukung oleh UNICEF di Provinsi NTT. 
Mereka telah dilantik bersama Srikandi Jentik dan Patriot Jentik di Maumere, ibukota Kabupaten Sikka, pada 17 Juli 2014 lalu oleh mantan Menteri Kesehatan RI Dr. Nafsiah Mboi. Ibu Naf, sapaan akrab Nafsiah, adalah mantan Ketua Komite Anak PBB dan sosok yang akrab dengan masyarakat NTT karena ia merupakan istri mantan Gubernur NTT periode 1978-1988, Ben Mboi. 

Para “SRIKANDI JENTIK” sedang melakukan pemetaan wilayah untuk mengenali lingkungan dan tempat perindukan nyamuk. Foto: Yaspem - Sikka.

Program Laskar Jentik sudah dilaksanakan di tiga kabupaten: Sikka, Timor Tengah Selatan dan Sumba Barat Daya. Laskar Jentik diinisiasi pertama kali di Sikka oleh Yayasan Sosial Pembangunan Masyarakat (YASPEM) yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka dan UNICEF.

Ada tiga komponen utama yaitu pencarian penderita dan pengobatan yang tepat, pengendalian vektor/nyamuk dan program pencegahan malaria melalui partisipasi masyarakat.

Laskar  Jentik adalah salah satu upaya peningkatan partisipasi masyarakat dengan mengedepankan partisipasi anak, terutama anak sekolah. Program pemberantasan sarang nyamuk berbasis masyarakat sekolah ini terintegrasi dalam kurikulum sekolah dan juga kegiatan ekstrakurikuler sekolah. 

Filosofi dasar dari pendekatan Laskar Jentik adalah “Belajar dan bertindak bersama. Sekolahku dan rumahku bebas jentik”. Dengan pemahaman bahwa dunia anak-anak adalah dunia bermain, maka untuk meningkatkan partisipasi anak dalam program pemberantasan malaria adalah dengan cara belajar sambil bermain. 


Belajar dan Bertindak Bersama dengan Gembira

Para Laskar Jentik – Agen Perubahan,  saat bermimpi tentang Soe yang bersih, nyaman dan bebas penyakit malaria. © UNICEF Indonesia / 2014 / Ermi

Para murid dan guru pendamping sangat antusias mengikuti kegiatan yang dibuat dalam suasana belajar dan bermain. Semua materi pelatihan dikemas dalam bentuk permainan, lagu, tari, puisi dan drama dadakan yang dibuat dan diperankan oleh anak-anak.

Anak-anak yang pada hari pertama masih malu-malu dalam tiga hari bertransfromasi menjadi pribadi pemberani dengan ide dan kreativitas yang tidak terduga. Mereka tumbuh dengan kepribadian seorang agen perubahan.

Mereka juga menjadi aktif memperhatikan kebersihan lingkungan dan tidak segan-segan “menegur” orang dewasa, jika menemukan jentik dalam tempat penampungan air warga. 

“Pak Camat, mohon bak air di kamar mandi dibersihkan karena ada jentik nyamuk”, adalah salah satu contoh partisipasi aktif anak saat menegur seorang camat yang kamar mandinya positif jentik nyamuk.


Prajurit dan Srikandi Jentik

Para “PRAJURIT JENTIK” sedang melakukan “BODY MAPPING” dan pemeriksaan tempat-tempat perindukan di Maumere. © UNICEF Indonesia / 2014 / Ermi

Laskar Jentik adalah salah satu contoh praktek cerdas yang sudah terbukti bisa melibatkan partisipasi berbagai elemen masyarakat yaitu anak sekolah, Dasa Wisma dan anggota TNI. Pendekatan ini juga sudah mendapat apresiasi positif dari Ibu Naf ketika ia masih menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI.

“Selama hampir dua tahun saya menjadi Menteri Kesehatan, baru hari ini saya melihat begitu banyak anak yang berpartisipasi dalam suatu program kesehatan,” kata Ibu Naf saat pelantikan.

Kegiatan Laskar Jentik, Prajurik Jentik dan Srikandi Jentik juga akan dikembangkan di kalangan Pramuka, kelompok pemuda gereja dan fasilitator PNPM di Kabupaten Sikka. 

Semoga cita-cita untuk menjadikan Sikka bebas penyakit berbasis nyamuk yaitu malaria, demam berdarah dan filarias bisa segera tercapai. 


“Selama hampir dua tahun saya menjadi Menteri Kesehatan, baru hari ini saya melihat begitu banyak anak yang berpartisipasi dalam suatu program kesehatan. Selamat buat anak-anak Sikka, Selamat buat Pemerintah Daerah Sikka selamat Selamat buat Dinas Kesehatan Sikka. Selamat dan terima kasih buat UNICEF dan Yaspem Sikka”. - Dr. Nafsiah Mboi. Foto: Yaspem - Sikka