Annual Report

Thursday 17 May 2018

Tablet Tambah Darah untuk Generasi Cemerlang

Oleh: Anta Maulana S, Fundraiser UNICEF Indonesia

3 Remaja putri yang mendapatkan program kesehatan remaja serta Tablet Tambah Darah. ©Dinda Veska/UNICEF Indonesia/2018

Kata orang, masa remaja adalah masa yang paling indah. Mungkin benar adanya, karena pada masa ini kita berkesempatan untuk melakukan apapun yang kita inginkan apapun yang kita cita-citakan sewaktu kecil. Tentunya dalam masa ini pula kita akan tumbuh dan berkembang dan akan bertemu dengan hal-hal yang menyenangkan maupun tantangan lainnya.

Siapkah kita?
Berdasarkan hasil survey Riskesdas tahun 2007, 37% remaja putri kita menderita anemia. Anemia adalah keadaan dimana seseorang memiliki kadar sel darah merah / haemoglobin nya berada di bawah batas normal atau biasa kita sebut dengan “kurang darah”. Apabila seseorang menderita anemia maka ia akan mudah sakit/daya tahan tubuh menurun, menurunya aktifitas/lemas/lesu kurang konsentrasi pada saat belajar, terhambatnya pertumbuhan, bahkan bagi para remaja putri ini akan dapat menyebabkan kematian akibat pendarahan pasca melahirkan.

Wednesday 16 May 2018

STOP Mengorbankan Anak-anak!


Oleh: Dinda Veska, PSFR Communication Officer

“Aku menangis, tapi hanya sedikit.” Ucap Mohammad (4) beberapa saat sebelum menerima imunisasi di camp Pengungsi Rohingya – Bangladesh. @Thomas Nybo/Bangladesh/2018

Sejatinya seorang anak dilahirkan ke dunia untuk mendapat hidup yang layak, dipersiapkan masa depannya, serta dilindungi oleh setiap ayah dan ibunya. Tapi tidak bagi mereka yang setiap hari dihadapkan pada senapan dan senjata rudal, tempat berbaring yang nyaman tidak didapatkan oleh anak-anak yang lahir di negara konflik. Hak mereka atas gizi dan kesehatan tidak terpenuhi dengan perang dan kekerasan.

Anak-anak selalu menjadi korban yang paling menderita di tengah situasi darurat. Baru-baru ini di Indonesia anak-anak dikorbankan untuk sebuah tindak kekerasan, bulan maret lalu kita juga melihat anak-anak terbunuh dan teluka di Gaza. Awal tahun 2018 anak-anak di Yaman menjadi korban konflik, sehingga 4 Juta anak mengalami kelaparan. Akhir tahun 2017 anak-anak Rohingya harus mengungsi untuk menghindari kekerasan. Di seluruh dunia anak-anak terus dikorbankan, diserang, dan merasakan penderitaan berkepanjangan.

Salah satu dari anak-anak tersebut adalah Mohammad, seorang anak pengungsi Rohingya yang harus siap menjalani ibadah puasa pertamanya jauh dari kampung halaman. Mohammad yang masih berusia lima tahun memasuki camp pengungsi Rohingya sejak akhir tahun 2017 kemarin. Berkilo-kilo meter ia jalan menjauhi kampung halaman, berharap menemukan tempat tinggal baru yang jauh dari ancaman kematian.