Annual Report

Thursday 25 February 2016

VOY Inspire! dengan Dissa Syakina Ahdanisa: Pendiri Deaf Café Fingertalk


Foto: Dissa Syakina Ahdanisa

Saya bertemu Dissa beberapa minggu yang lalu di sebuah acara karir yang diselenggarakan oleh universitas saya di Jepang, Ritsumeikan Asia Pacific University (APU). Dia adalah alumni APU yang diundang untuk berbicara di acara tersebut. Saat ini Dissa bekerja sebagai equity analyst di Credit Suisse Singapore, serta pemilik DeafCafé Fingertalk, kafe pertama di Indonesia di mana semua karyawan tunarungu.

Meskipun usianya baru 25 tahun, dia telah memiliki banyak pengalaman sebagai relawan di berbagai negara. Dia datang ke Jepang pada usia 16 tahun untuk belajar di APU, di mana ia terlibat dalam banyak kegiatan sukarela dan penggalangan dana. Dissa juga pernah bekerja untuk hoshiZora yang merupakan LSM berbasis siswa, dan juga sebuah LSM yang dibentuk orangtuanya yaitu As Sakinah Foundation. Kedua LSM tersebut menyediakan bantuan pendidikan bagi anak-anak kurang mampu di Indonesia.

Tuesday 9 February 2016

Kecamatan Pertama Yang Meraih Status Deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di Sumba Timur

Oleh Ita, Fasilitator WASH Kabupaten Sumba Timur

Perwakilan 49 Marga di Kecamatan KAHALI  melakukan Sumpah Adat untuk mempertahankan status SBS.

Katala Hamu Lingu (KAHALI) adalah salah satu dari 22 kecamatan di Sumba Timur yang menjalankan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dan juga kecamatan pertama yang meraih status SBS di Sumba Timur, NTT.

Pada acara deklarasi SBS tersebut, Bapak Thomas Peka Rihi selaku Camat KAHALI mengatakan bahwa “Program Stop Buang Air Besar Sembarangan merupakan kegiatan yang positif dalam mendukung Program Kecamatan KAHALI Berhias, yang menitikberatkan pada keindahan dan kebersihan. Deklarasi yang akan diwarnai sumpah adat ini merupakan janji yang sakral dari masyarakat KAHALI untuk tetap mempertahankan statusnya sebagai Kecamatan bebas buang air besar sembarangan."