Oleh: Dinda Veska, PSFR Communication Officer
“Aku menangis, tapi hanya sedikit.” Ucap Mohammad (4)
beberapa saat sebelum menerima imunisasi di camp Pengungsi Rohingya –
Bangladesh. @Thomas Nybo/Bangladesh/2018
Sejatinya seorang anak dilahirkan ke dunia
untuk mendapat hidup yang layak, dipersiapkan masa depannya, serta dilindungi
oleh setiap ayah dan ibunya. Tapi tidak bagi mereka yang setiap hari dihadapkan
pada senapan dan senjata rudal, tempat berbaring yang nyaman tidak didapatkan
oleh anak-anak yang lahir di negara konflik. Hak mereka atas gizi dan kesehatan
tidak terpenuhi dengan perang dan kekerasan.
Anak-anak selalu menjadi korban yang paling
menderita di tengah situasi darurat. Baru-baru ini di Indonesia anak-anak
dikorbankan untuk sebuah tindak kekerasan, bulan maret lalu kita juga melihat
anak-anak terbunuh dan teluka di Gaza. Awal tahun 2018 anak-anak di Yaman
menjadi korban konflik, sehingga 4 Juta anak mengalami kelaparan. Akhir tahun
2017 anak-anak Rohingya harus mengungsi untuk menghindari kekerasan. Di seluruh
dunia anak-anak terus dikorbankan, diserang, dan merasakan penderitaan
berkepanjangan.
Salah satu dari anak-anak tersebut adalah
Mohammad, seorang anak pengungsi Rohingya yang harus siap menjalani ibadah
puasa pertamanya jauh dari kampung halaman. Mohammad yang masih berusia lima
tahun memasuki camp pengungsi Rohingya sejak akhir tahun 2017 kemarin. Berkilo-kilo
meter ia jalan menjauhi kampung halaman, berharap menemukan tempat tinggal baru
yang jauh dari ancaman kematian.
Seorang anak pengungsi Rohingya di Bangladesh.
@UNICEF/2017
Tempat tinggal seadanya dengan dua-tiga
helai terpal dan bambu menjadi rumah barunya di Cox Bazar – Bangladesh. Makan
sehari-hari mengandalkan pemberian dari orang lain, bukit-bukit kecil di lokasi
pengungsian menjadi tempat bermain baru yang itupun akan longsor oleh banjir
dan badai siklon tahunan.
Tidak hanya Mohammad, 720.000 Anak Rohingya
di camp pengungsian terus menggantungkan nasibnya pada bantuan kemanusiaan. Mereka
tidak tahu sampai kapan akan terus berada di lokasi pengungsian.
Satu hal yang bisa dipastikan adalah UNICEF
akan terus berada di setiap tempat di mana anak-anak membutuhkan pelayanan dan
bantuan kemanusiaan. Di Cox Bazar - Bangladesh anak-anak telah diberikan
imunisasi untuk mencegah penyakit menular dan mematikan seperti kolera. Tidak
hanya rentan kekerasan, tetapi virus penyakit dan krisis air bersih juga terus dihadapi
oleh anak-anak.
Beberapa hari ke depan anak-anak Rohingya
serta anak-anak yang tinggal di negara konflik seperti Yaman dan Gaza akan
menjalani ibadah Bulan Ramadhan di tengah situasi darurat. Mohammad dan sebagaian
dari mereka untuk pertama kalinya beribadah Ramadhan dengan seadanya di
pengungsian.
Malapetaka silih berganti datang
mengorbankan anak-anak. Bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan, namun Mohammad
dan jutaan anak di dunia ini juga membutuhkan perdamaian dan perlindungan. Stop
mengorbankan anak-anak!
Kunjungi: supportunicefindonesia.org untuk membantu anak-anak Rohingya (Klik Disini!).