Annual Report

Wednesday, 16 May 2018

STOP Mengorbankan Anak-anak!


Oleh: Dinda Veska, PSFR Communication Officer

“Aku menangis, tapi hanya sedikit.” Ucap Mohammad (4) beberapa saat sebelum menerima imunisasi di camp Pengungsi Rohingya – Bangladesh. @Thomas Nybo/Bangladesh/2018

Sejatinya seorang anak dilahirkan ke dunia untuk mendapat hidup yang layak, dipersiapkan masa depannya, serta dilindungi oleh setiap ayah dan ibunya. Tapi tidak bagi mereka yang setiap hari dihadapkan pada senapan dan senjata rudal, tempat berbaring yang nyaman tidak didapatkan oleh anak-anak yang lahir di negara konflik. Hak mereka atas gizi dan kesehatan tidak terpenuhi dengan perang dan kekerasan.

Anak-anak selalu menjadi korban yang paling menderita di tengah situasi darurat. Baru-baru ini di Indonesia anak-anak dikorbankan untuk sebuah tindak kekerasan, bulan maret lalu kita juga melihat anak-anak terbunuh dan teluka di Gaza. Awal tahun 2018 anak-anak di Yaman menjadi korban konflik, sehingga 4 Juta anak mengalami kelaparan. Akhir tahun 2017 anak-anak Rohingya harus mengungsi untuk menghindari kekerasan. Di seluruh dunia anak-anak terus dikorbankan, diserang, dan merasakan penderitaan berkepanjangan.

Salah satu dari anak-anak tersebut adalah Mohammad, seorang anak pengungsi Rohingya yang harus siap menjalani ibadah puasa pertamanya jauh dari kampung halaman. Mohammad yang masih berusia lima tahun memasuki camp pengungsi Rohingya sejak akhir tahun 2017 kemarin. Berkilo-kilo meter ia jalan menjauhi kampung halaman, berharap menemukan tempat tinggal baru yang jauh dari ancaman kematian.



Seorang anak pengungsi Rohingya di Bangladesh. @UNICEF/2017 


Tempat tinggal seadanya dengan dua-tiga helai terpal dan bambu menjadi rumah barunya di Cox Bazar – Bangladesh. Makan sehari-hari mengandalkan pemberian dari orang lain, bukit-bukit kecil di lokasi pengungsian menjadi tempat bermain baru yang itupun akan longsor oleh banjir dan badai siklon tahunan.

Tidak hanya Mohammad, 720.000 Anak Rohingya di camp pengungsian terus menggantungkan nasibnya pada bantuan kemanusiaan. Mereka tidak tahu sampai kapan akan terus berada di lokasi pengungsian.

Satu hal yang bisa dipastikan adalah UNICEF akan terus berada di setiap tempat di mana anak-anak membutuhkan pelayanan dan bantuan kemanusiaan. Di Cox Bazar - Bangladesh anak-anak telah diberikan imunisasi untuk mencegah penyakit menular dan mematikan seperti kolera. Tidak hanya rentan kekerasan, tetapi virus penyakit dan krisis air bersih juga terus dihadapi oleh anak-anak.

Beberapa hari ke depan anak-anak Rohingya serta anak-anak yang tinggal di negara konflik seperti Yaman dan Gaza akan menjalani ibadah Bulan Ramadhan di tengah situasi darurat. Mohammad dan sebagaian dari mereka untuk pertama kalinya beribadah Ramadhan dengan seadanya di pengungsian.

Malapetaka silih berganti datang mengorbankan anak-anak. Bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan, namun Mohammad dan jutaan anak di dunia ini juga membutuhkan perdamaian dan perlindungan. Stop mengorbankan anak-anak!


Kunjungi: supportunicefindonesia.org untuk membantu anak-anak Rohingya (Klik Disini!).