Oleh: Firza Daud, Fundraiser Coordinator UNICEF Indonesia
Sumba adalah salah satu pulau yang kini menjadi destinasi wajib untuk dikunjungi
oleh para petualang di Indonesia.
Ironisnya di balik semua lanskap keindahan yang tersaji di pulau
Sumba, masih juga ditemukan beberapa kesulitan terutama yang berhubungan dengan
kebutuhan pokok hidup, yang ada di pulau yang secara administratif menjadi
bagian dari wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur.
Salah 1 kesulitan yang hingga saat ini masih menjadi masalah
utama di pulau Sumba adalah tentang pasokan air bersih dan sanitasi. Kedua hal
ini akan sangat erat berkaitan terutama dalam kehidupan sehari-hari, karena
apabila kebutuhan air bersih untuk sebuah komunitas masyarakat di suatu daerah
tidak dapat tercukupi dengan baik maka bisa dipastikan sanitasi yang ada di wilayah
itu secara otomatis akan ikut terkena dampaknya. Dan dampaknya tidak bisa dipungkiri, anak-anak akan menjadi
salah 1 korban yang paling dirugikan sebagai bagian dari komunitas masyarakat
yang ada di wilayah tersebut.
Sebagai
bagian dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang sangat peduli dengan hak-hak
dasar seorang anak, UNICEF Indonesia memiliki perhatian khusus dengan seluruh
permasalahan yang berdampak terhadap tumbuh kembang seorang anak. Termasuk
dalam hal ini issue seputar kesulitan
air & sanitasi yang terjadi di pulau Sumba.
Kegiatan bersama anak-anak di Sumba Barat Daya, salah satu sekolah yang mendapat program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. ©Firza/UNICEF Indonesia/2018
Menurut Pak Zainal – WASH Officer dari Kantor UNICEF Kupang,
apabila terdapat seorang anak yang tumbuh dan berkembang dengan keterbatasan
pasokan air bersih untuk kehidupannya, maka bisa dipastikan anak-anak itu
sangat rentan terkena stunting. Ini tidak hanya berkaitan dengan lambatnya
pertumbuhan fisik seorang anak, namun ditengarai juga berpengaruh kepada tidak
maksimalnya perkembangan otak anak, hingga menjalar ke kemampuan belajar dan
mental anak itu sendiri.
Stunting bisa terjadi karena beberapa faktor, selain
kurangnya gizi yang seimbang sejak anak dalam kandungan, ketidakseimbangan
hormon yang dipicu stress, juga riwayat kesehatan anak yang sering terserang
infeksi di usia dini dikarenakan tumbuh dan berkembang dari lingkungan yang
tidak memadai, salah satunya kebutuhan dasar akan air bersih dan sanitasi tadi.
Berangkat dari pemahaman tersebut, UNICEF Indonesia
bekerjasama dengan BAPPEDA (Badan Perencanaan Penelitian Pengembangan Daerah) akan
memastikan setiap anggaran pendapatan dan belanja daerah dapat dimaksimalkan
untuk kesejahteraan masyarakat setempat, yang tidak hanya untuk jangka waktu
singkat namun jangka panjang dan berkelanjutan.
Salah 1 program yang diinisiasi oleh UNICEF Indonesia untuk
mengatasi masalah ini adalah lewat gerakan STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat) yang secara aktif mengajak
seluruh komponen masyarakat baik dari tingkat Pemerintah Daerah, Kepala &
Aparat Desa hingga seluruh warga yang ada untuk bersama-sama dan secara swadaya
menyadari akan pentingnya keberadaan jamban yang sehat dan layak.
Kesadaran ini telah berhasil dibuktikan di salah 1 desa
Wipatando yang terletak di wilayak kabupaten Sumba Barat Daya. Dari total
jumlah penduduk sebanyak 514 KK (Kartu Keluarga) sebanyak 316 KK sudah berhasil
membangun jamban permanen di rumah tempat tinggal mereka dan 101 KK sudah
memiliki jamban semi permanen yang saat ini kondisinya juga sudah jauh lebih
layak dibandingkan sebelum progam STBM ini dijalankan.
Jamban di salah satu rumah masyarakat Sumba Barat Daya. ©Firza/UNICEF Indonesia/2018
Tahun 2018 ini Kepala & Aparat Desa di Wipatando juga
berhasil memberikan bantuan sebanyak 30 jamban kepada 97 KK yang saat ini masih
menggunakan jamban darurat, dimana dana yang digunakan 100% berasal dari dana
kas Desa Wipatando, yang bahkan tidak sedikit dari situ muncul kesadaran secara
kolekftif dan swadaya masyarakat untuk mulai membuat, memperbaiki bahkan
memperbagus lagi kualitas jamban yang telah mereka miliki.
Selain dari progam STBM yang telah berjalan, UNICEF Indonesia
juga berupaya untuk membangun kesadaran sejak usia dini akan pentingnya
kebutuhan air bersih dan sanitasi lewat kegiatan sehari-hari disekolah melalui
kampanye Cuci Tangan Pake Sabun (CTPS). Hal ini terbukti lewat kunjungan yang
kami lakukan ke SD Kanelu yang terletak di Dusun Dangga Dora. Sebagai salah 1
sekolah yang dijadikan sebagai SD percontohan oleh Pemerintah Daerah setempat,
Kepala Sekolah, Guru dan seluruh murid SD Kanelu dengan jumlah total sekitar
257 orang telah berhasil menerapkan pola hidup sehat dalam kegiatan belajar
mengajar setiap harinya.
Anak-anak mencuci tangannya setelah berkegiatan di sekolah.©Firza/UNICEF Indonesia/2018
Dengan dibangunnya fasilitas toilet yang layak dan terpisah
antara murid laki-laki dan perempuan adalah salah 1 bukti nyata upaya
Pemerintah Daerah dalam menerapkan kesadaran pentingnya sanitasi &
kebutuhan air bersih sejak usia dini. Selain tersedianya fasilitas 4 toilet
dengan kondisi jamban permanen yang layak dan bersih, para murid di SD Kanelu
juga diajarkan untuk selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun setiap kali
mereka akan makan atau selepas dari melakukan kegiatan luar ruangan.
Diharapkan lewat rangkaian gerakan kecil ini dapat memberikan
sebuah harapan baru akan pentingnya kesadaran dari kebutuhan air & sanitasi
yang layak, bukan hanya buat para tamu yang akan berkunjung dan menikmati
keindahan pulau yang juga terkenal dengan kuda Sumba-nya dalam waktu singkat
namun juga untuk seluruh penduduk dan warga lokal yang mendiami pulau yang
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah selatan dan barat
pesisirnya, khususnya untuk seluruh anak-anak Sumba yang akan menjadi masa
depan untuk kehidupan di pulau Sumba yang lebih baik lagi.