Annual Report

Wednesday, 1 August 2018

Susah Air


Oleh: Firza Daud, Fundraiser Coordinator UNICEF Indonesia

Sumba adalah salah satu pulau yang kini menjadi destinasi wajib untuk dikunjungi oleh para petualang di Indonesia.

Ironisnya di balik semua lanskap keindahan yang tersaji di pulau Sumba, masih juga ditemukan beberapa kesulitan terutama yang berhubungan dengan kebutuhan pokok hidup, yang ada di pulau yang secara administratif menjadi bagian dari wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur.

Salah 1 kesulitan yang hingga saat ini masih menjadi masalah utama di pulau Sumba adalah tentang pasokan air bersih dan sanitasi. Kedua hal ini akan sangat erat berkaitan terutama dalam kehidupan sehari-hari, karena apabila kebutuhan air bersih untuk sebuah komunitas masyarakat di suatu daerah tidak dapat tercukupi dengan baik maka bisa dipastikan sanitasi yang ada di wilayah itu secara otomatis akan ikut terkena dampaknya. Dan dampaknya  tidak bisa dipungkiri, anak-anak akan menjadi salah 1 korban yang paling dirugikan sebagai bagian dari komunitas masyarakat yang ada di wilayah tersebut.


Sebagai bagian dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang sangat peduli dengan hak-hak dasar seorang anak, UNICEF Indonesia memiliki perhatian khusus dengan seluruh permasalahan yang berdampak terhadap tumbuh kembang seorang anak. Termasuk dalam hal ini issue seputar kesulitan air & sanitasi yang terjadi di pulau Sumba. 

Kegiatan bersama anak-anak di Sumba Barat Daya, salah satu sekolah yang mendapat program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. ©Firza/UNICEF Indonesia/2018

Menurut Pak Zainal – WASH Officer dari Kantor UNICEF Kupang, apabila terdapat seorang anak yang tumbuh dan berkembang dengan keterbatasan pasokan air bersih untuk kehidupannya, maka bisa dipastikan anak-anak itu sangat rentan terkena stunting. Ini tidak hanya berkaitan dengan lambatnya pertumbuhan fisik seorang anak, namun ditengarai juga berpengaruh kepada tidak maksimalnya perkembangan otak anak, hingga menjalar ke kemampuan belajar dan mental anak itu sendiri.

Stunting bisa terjadi karena beberapa faktor, selain kurangnya gizi yang seimbang sejak anak dalam kandungan, ketidakseimbangan hormon yang dipicu stress, juga riwayat kesehatan anak yang sering terserang infeksi di usia dini dikarenakan tumbuh dan berkembang dari lingkungan yang tidak memadai, salah satunya kebutuhan dasar akan air bersih dan sanitasi tadi.

Berangkat dari pemahaman tersebut, UNICEF Indonesia bekerjasama dengan BAPPEDA (Badan Perencanaan Penelitian Pengembangan Daerah) akan memastikan setiap anggaran pendapatan dan belanja daerah dapat dimaksimalkan untuk kesejahteraan masyarakat setempat, yang tidak hanya untuk jangka waktu singkat namun jangka panjang dan berkelanjutan.

Salah 1 program yang diinisiasi oleh UNICEF Indonesia untuk mengatasi masalah ini adalah lewat gerakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)  yang secara aktif mengajak seluruh komponen masyarakat baik dari tingkat Pemerintah Daerah, Kepala & Aparat Desa hingga seluruh warga yang ada untuk bersama-sama dan secara swadaya menyadari akan pentingnya keberadaan jamban yang sehat dan layak.

Kesadaran ini telah berhasil dibuktikan di salah 1 desa Wipatando yang terletak di wilayak kabupaten Sumba Barat Daya. Dari total jumlah penduduk sebanyak 514 KK (Kartu Keluarga) sebanyak 316 KK sudah berhasil membangun jamban permanen di rumah tempat tinggal mereka dan 101 KK sudah memiliki jamban semi permanen yang saat ini kondisinya juga sudah jauh lebih layak dibandingkan sebelum progam STBM ini dijalankan.

Jamban di salah satu rumah masyarakat Sumba Barat Daya. ©Firza/UNICEF Indonesia/2018

Tahun 2018 ini Kepala & Aparat Desa di Wipatando juga berhasil memberikan bantuan sebanyak 30 jamban kepada 97 KK yang saat ini masih menggunakan jamban darurat, dimana dana yang digunakan 100% berasal dari dana kas Desa Wipatando, yang bahkan tidak sedikit dari situ muncul kesadaran secara kolekftif dan swadaya masyarakat untuk mulai membuat, memperbaiki bahkan memperbagus lagi kualitas jamban yang telah mereka miliki.

Selain dari progam STBM yang telah berjalan, UNICEF Indonesia juga berupaya untuk membangun kesadaran sejak usia dini akan pentingnya kebutuhan air bersih dan sanitasi lewat kegiatan sehari-hari disekolah melalui kampanye Cuci Tangan Pake Sabun (CTPS). Hal ini terbukti lewat kunjungan yang kami lakukan ke SD Kanelu yang terletak di Dusun Dangga Dora. Sebagai salah 1 sekolah yang dijadikan sebagai SD percontohan oleh Pemerintah Daerah setempat, Kepala Sekolah, Guru dan seluruh murid SD Kanelu dengan jumlah total sekitar 257 orang telah berhasil menerapkan pola hidup sehat dalam kegiatan belajar mengajar setiap harinya.

Anak-anak mencuci tangannya setelah berkegiatan di sekolah.©Firza/UNICEF Indonesia/2018

Dengan dibangunnya fasilitas toilet yang layak dan terpisah antara murid laki-laki dan perempuan adalah salah 1 bukti nyata upaya Pemerintah Daerah dalam menerapkan kesadaran pentingnya sanitasi & kebutuhan air bersih sejak usia dini. Selain tersedianya fasilitas 4 toilet dengan kondisi jamban permanen yang layak dan bersih, para murid di SD Kanelu juga diajarkan untuk selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun setiap kali mereka akan makan atau selepas dari melakukan kegiatan luar ruangan.

Diharapkan lewat rangkaian gerakan kecil ini dapat memberikan sebuah harapan baru akan pentingnya kesadaran dari kebutuhan air & sanitasi yang layak, bukan hanya buat para tamu yang akan berkunjung dan menikmati keindahan pulau yang juga terkenal dengan kuda Sumba-nya dalam waktu singkat namun juga untuk seluruh penduduk dan warga lokal yang mendiami pulau yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah selatan dan barat pesisirnya, khususnya untuk seluruh anak-anak Sumba yang akan menjadi masa depan untuk kehidupan di pulau Sumba yang lebih baik lagi.