Menyelamatkan nyawa anak-anak akan menguntungkan seluruh masyarakat
By Angela Kearney, UNICEF Representative IndonesiaKesempatan untuk menghentikan kematian anak yang dapat dicegah belum pernah sebesar yang kita miliki saat ini.
Berkat solusi-solusi yang telah teruji serta upaya-upaya di tingkat nasional dan global, nyawa 90 juta anak di dunia telah terselamatkan dalam 22 tahun terakhir; nyawa yang seharusnya hilang jika tingkat kematian anak tidak berubah sejak tahun 1990.
Jumlah anak yang meninggal pada tahun 2012 telah berkurang separuh dibandingkan pada tahun 1990, dengan menurunnya angka tahunan kematian balita dari 12,6 juta pada tahun 1990 menjadi 6,6 juta pada tahun 2012.
Indonesia pun telah mengalami kemajuan yang berarti. Pada tahun 1990 sekitar 385.000 anak balita meninggal, sedangkan kini angka tersebut telah menurun jadi 152.000. Meskipun ini adalah berita yang baik, kita juga perlu mengingat bahwa masih ada lebih dari 400 anak di Indonesia yang meninggal setiap harinya. Kita juga harus sadar bahwa meskipun tingkat kematian anak telah menurun dengan impresif, data terbaru menunjukkan bahwa penurunan ini telah melambat antara 5 hingga 10 tahun yang lalu.
Yang lebih menyedihkan lagi adalah betapa banyaknya anak yang meninggal hanya dalam beberapa hari setelah lahir. Pada tahun 2012, hampir separuh (atau 44 persen) kematian anak balita di dunia terjadi sebelum mereka mencapai usia satu bulan.
Tapi hal ini tidak seharusnya terjadi. Kita tahu bahwa kita memiliki solusi-solusi yang murah dan efektif untuk mencegah kematian anak.
Komplikasi neonatal, pneumonia dan diare masih menjadi penyebab utama kematian anak di Indonesia meskipun sudah ada pencegahan, diagnosis dan perawatan yang efektif untuk melawan penyakit-penyakit tersebut. Komplikasi sesudah kelahiran mecakup proporsi besar jumlah kematian anak, dan ini pun bisa dikendalikan melalui penyediaan layanan kesehatan berkualitas yang dapat diakses semua orang.
Biasanya, korban dari penyakit-penyakit yang mudah dicegah dan dirawat ini adalah anak-anak yang paling miskin dan terpinggirkan. Kita harus memastikan bahwa layanan pencegahan dan pengobatan tersedia untuk mereka yang paling membutuhkan.
Contoh solusi sederhana dalam melawan salah satu penyebab utama kematian anak adalah oralit. Sejak sekitar tahun 1970, oralit telah menjadi jenis pengobatan utama untuk dehidrasi yang disebabkan diare dan dapat merenggut nyawa. Oralit tidak mahal dan tersedia dalam berbagai formulasi dan rasa untuk mendorong penggunaan oleh anak-anak. Namun, pada tahun 2012, hanya 30 persen anak yang membutuhkan mendapatkan Oralit di 15 negara dengan tiga-perempat dari semua kematian anak yang terkait dengan diare.
Solusi-solusi lain yang sudah tersedia dan dapat menyelamatkan nyawa anak termasuk kelambu nyamuk untuk mencegah malaria, vaksin untuk berbagai penyakit seperti campak dan difteri, praktek menyusui yang benar termasuk ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama dan dilanjutkan hingga usia dua tahun, suplemen gizi dan makanan terapeutik yang sesuai, air bersih, fasilitas sanitasi, serta akses kepada obat-obatan esensial dan persediaan medis.
Kita juga perlu memastikan untuk menangani semua aspek yang berpengaruh terhadap kehidupan anak. Hal ini tidak terbatas kepada solusi kesehatan. Upaya untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan akses pendidikan berkualitas, kebijakan dan sistem untuk menjamin perlindungan anak termasuk akta kelahiran dan mengakhiri pernikahan anak, serta kesetaraan gender merupakan elemen-elemen penting yang akan berkontribusi bagi kelangsungan hidup anak-anak. Di Indonesia, ada semakin banyak upaya untuk menghubungkan berbagai skema pengurangan kemiskinan seperti PKH Prestasi dan PNPM Generasi untuk meningkatkan kesehatan dan gizi. Program-program ini perlu diperluas untuk memaksimalkan dampaknya.
Anak-anak yang berkembang dengan baik lebih mungkin untuk hidup lebih lama, tetap bersekolah, menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan mewujudkan impian mereka, menciptakan manfaat yang akan berpengaruh hingga generasi mendatang.
Dan itulah yang memotivasi UNICEF untuk bekerja sama dengan mitra-mitranya dalam gerakan 'A Promise Renewed' untuk menghilangkan kematian anak yang dapat dicegah.
Gerakan yang berdasarkan pertanggungjawaban bersama dalam kelangsungan hidup anak ini telah tumbuh dengan stabil sejak dimulai sekitar satu tahun yang lalu. Dengan berbagai ikrar yang kini telah menjadi tindakan nyata di lapangan, kita menyaksikan sebuah komitmen dalam arti sesungguhnya.
Sejauh ini, 176 pemerintah, termasuk Indonesia, telah menandatangani ikrar "A Promise Renewed" serta mengikuti prinsip-prinsip dan rekomendasi di dalamnya, dan ribuan kelompok masyarakat sipil dan individu swasta telah memobilisasi tindakan dan sumber daya untuk semakin mengurangi tingkat kematian secara dramatis.
Dengan kurang dari 1.000 hari sebelum batas waktu Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) 2015, sekaranglah waktunya meningkatkan upaya kita untuk memastikan agar semakin banyak anak dapat mencapai ulang tahun kelima mereka, dan mendapatkan kesempatan untuk memenuhi potensi hidup mereka.