By Ermi Ndoen - Health (Malaria/EPID) Officer
Pulau Sumba, Oktober
2014 – Martinus Lende Walu (48) merasa dirinya sangat beruntung. Ia hampir
kehilangan nyawa akibat malaria seperti dua orang tetangganya, namun hanya ia
yang selamat. Sejak saat itu, ia menjadi lebih berhati-hati dan selalu
melindungi dirinya dengan menggunakan kelambu nyamuk berinsektisida.
Desa asalnya, Kampung Langgar, adalah salah satu desa adat
di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di desa ini, sekitar 200
orang tinggal bersama di 13 rumah adat di sekeliling kuburan-kuburan megalitik.
Masing-masing kuburan dimiliki oleh sekelompok keluarga.
Pulau Sumba sering dikunjungi wisatawan karena rumah adat,
kuburan megalitik, kain ikat, pasola
(kompetisi tombak dan kuda tradisional), serta pantainya yang indah. Namun
semua ini dibayangi oleh tingginya tingkat malaria di pulau tersebut.
Kami mengunjungi desa Martinus pada awal bulan Oktober 2014
untuk memantau kampanye distribusi kelambu berinsektisida di Kabupaten Sumba
Barat Daya. Martinus menyambut kami dengan hangat, dan bercerita tentang
kelambu nyamuk yang ia terima sekitar satu minggu yang lalu.
“Saya menerima 2 kelambu nyamuk dari kepala desa saat
pembagian.”
Kelambu-kelambu tersebut bukan yang pertama dimilikinya. Ia
sudah memiliki dua di rumahnya.
“Saya sudah menggunakan dua kelambu, dan dua kelambu
tambahan ini akan saya pakai untuk dua tempat tidur yang lain. Kami menerima
kelambu berdasarkan jumlah tempat tidur yang kami miliki di rumah,” ucapnya.
Satu kelambu bisa digunakan untuk melindungi dua anggota keluarga.
Martinus dan istrinya di depan rumah mereka, menunjukkan kelambu nyamuk yang diterima. |
Martinus menceritakan mengapa kelambu nyamuk sangat penting
baginya.
“Saya pernah jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit selama 3
hari. Meskipun saya selamat, dua orang tetangga saya tidak. Mereka meninggal
akibat malaria. Begitu keluar dari rumah sakit, saya langsung membeli kelambu
nyamuk untuk keluarga saya. Sampai hari ini masih kami pakai,” kisahnya.
Ia membayar Rp 160.000 untuk kedua kelambu tersebut, selain
Rp 500.000 yang telah dikeluarkannya untuk biaya rumah sakit. Keluarga Martinus
menemaninya selama di rumah sakit sehingga pemasukan mereka pun hilang pada
hari-hari tersebut, menambah total kerugiannya.
“Lebih baik beli kelambu daripada bayar biaya rumah sakit.
Sekarang justru semakin baik karena kelambu nyamuk dari Pemerintah tidak
dikenakan biaya,” ujarnya. “Kelambu nyamuk menyelamatkan hidup saya.”
Malaria merupakan masalah kesehatan yang serius di NTT. Provinsi
ini berpenduduk 4.9 juta orang, atau 2 persen populasi Indonesia. Namun pada
tahun 2013 sekitar 1/5 kasus malaria yang terdaftar di Indonesia (88.500 dari
hampir 418.000 kasus) terjadi di NTT.
Sumba adalah salah satu pulau dengan kasus malaria tertinggi
di NTT. Dari 693.000 populasi Sumba, lebih dari 25.000 orang terkena penyakit
malaria pada tahun 2014. Tingkat kejadian tahunan di Sumba berkisar antara 25
hingga 75 per 1.000 penduduk.
Anak-anak dari Kampung Langgar dengan kelambu nyamuk berinsektisida mereka. |
Untuk memerangi malaria di NTT, Departemen Kesehatan, dengan
dukungan UNICEF dan The Global Fund to
fight Malaria, HIV and Tuberculosis, mendistribusikan sekitar 1,6 juta
kelambu nyamuk berinsektisida. Ini adalah salah satu kampanye distribusi
terbesar yang pernah dialami daerah ini. Kampanye ini dijalankan bersamaan
dengan upaya-upaya lainnya seperti peningkatan diagnosis dan perawatan malaria
dini, serta pelibatan masyarakat untuk menyingkirkan sarang nyamuk.
Kampanye ini diluncurkan di seluruh 15 kabupaten NTT pada tanggal 15 - 22 September 2014. Meskipun kampanye
ini bisa dikatakan sukses, sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya kerumunan warga
di setiap titik distribusi, tidak kalah penting adalah kegiatan tindak lanjut
oleh kader, pimpinan desa atau warga, dan staf Puskesmas untuk memastikan bahwa
penerima kelambu akan menggunakannya. Penggunaan kelambu dengan benar akan
melindungi warga dari malaria dan menurunkan penularan malaria.
Kunjungan ke Sumba ini membantu saya lebih memahami tentang
kampanye ini dan bagaimana masyarakat menggunakan kelambu sehubungan dengan
budaya, perilaku dan kondisi hidup setempat.
Dr Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan Indonesia pada saat itu,
menekankan pesan berikut pada acara pra-peluncuran kampanye di Sikka:
"Pastikan Anda menggunakan kelambu dengan benar. Jangan
digunakan sebagai jaring ikan. Jangan digunakan untuk pagar taman. Jangan
dijual. Tapi gunakanlah untuk melindungi diri sendiri. Untuk melindungi buah
hati tercinta. Untuk melindungi istri tercinta. Untuk melindungi kalian semua
dari ancaman malaria. "