Oleh: Dinda Veska, PSFR Communication Officer
Isto (11) menjadi agen perubahan di sekolahnya
untuk melindungi anak-anak perempuan dari ejekan-ejekan soal menstruasi. @Dinda
Veska/UNICEF Indonesia/2017
Terik
matahari di Sumba Barat daya hari itu cukup menyengat kulit, siswa-siswi SD Lolaramo berlarian ke tengah lapangan dan bersiap untuk berlatih ekstra kurikuler
tarian daerah. Mereka berbaris rapih, memberikan senyumnya lebar-lebar kepada
para guru.
Di
tengah-tengah latihan, seorang anak perempuan terlihat pucat dan meminta izin
untuk istirahat sebentar. Isto (11) menawarkan diri untuk menemaninya ke ruang
UKS. Mengetahui teman perempuannya sedang mengalami menstruasi, Isto melempar
sedikit guyonan sambil jalan berdua menuju ruang UKS. Ia berpikir itu dapat sedikit
mengalihkan rasa sakit di perut temannya.
“Menstruasi itu tanda ketika anak perempuan sudah tumbuh dewasa kak!
Sebagai anak laki-laki aku harus siap membantu dan tidak boleh mengejek.” Seru Isto
ketika di ruang kelas saya bertanya apa itu menstruasi.
Siswa-siswi SD
Lolaramo setelah melakukan cuci tangan rutin di sekolah.
@Dinda Veska/UNICEF Indonesia/2017
@Dinda Veska/UNICEF Indonesia/2017
Di kelas
Isto termasuk anak yang aktif berbicara dan senang berguyon. Enam bulan lalu,
di hari Senin tidak sengaja ia membuat salah satu anak perempuan di kelas
menangis. Saat itu Isto belum mengerti kenapa ada bercak merah pada rok putih
yang dikenakan oleh Inna. Karena tidak paham, Isto spontan mengejek dan membuat
Inna ditertawakan oleh anak-anak lainnya.
Tidak lama
setelah kejadian itu, guru olahraga di sekolah yang telah mendapat pelatihan
dari Pemerintah Daerah dan UNICEF membawa satu paket buku tentang Manajemen
Kebersihan Menstruasi. Buku komik tersebut diberikan kepada siswa-siswi kelas
lima dan enam, perlahan-lahan Isto dan teman-temannya memahami tentang
menstruasi.
Inna (12) tidak lagi
membolos sekolah ketika menstruasi.
@Dinda Veska/UNICEF Indonesia/2017
@Dinda Veska/UNICEF Indonesia/2017
Menurut
wali kelasnya, Isto juga sempat menyampaikan permintaan maaf kepada Inna. Kini
Isto juga sangat diandalkan oleh gurunya
dalam mengedukasi siswa-siswi lain terkait Manajemen Kebersihan Menstruasi. Ia
juga paham betul apa yang harus dilakukan ketika teman perempuannya sedang
datang bulan.
“Anak
laki-laki harus menawarkan bantuan, Kak, kepada anak perempuan yang sedang
menstruasi. Agar mereka tetap merasa nyaman.” Ungkap Isto.
Faktanya, menstruasi
tidak hanya harus dimengerti oleh anak-anak perempuan, tapi juga anak laki-laki.
Isto adalah sedikit dari banyak anak laki-laki di Indonesia yang akhirnya
mengerti bahwa menstruasi bukan sesuatu hal yang tabu untuk dibicarakan bahkan
tidak layak untuk dijadikan ejekan.
Menurut
data yang didapat oleh U-Report pada Mei 2017, 17% U-reporters Perempuan diejek
dan dirundung oleh sesama murid (terutama laki-laki) saat mengalami menstruasi.
Hal ini sering kali membuat mereka memilih untuk membolos sekolah demi
menghindari ejekan teman.
Saat ini,
empat orang teman perempuan Isto di sekolah mengaku tidak lagi membolos ketika
datang bulan. Selain itu anak-anak perempuan ini juga tidak akan tertinggal
pelajaran di sekolah, jumlah akumulasi hari absen juga tidak lagi dikhawatirkan
akan membuat mereka tinggal kelas atau bahkan dikeluarkan dari sekolah.
Buku komik
tentang Manajemen Kebersihan Menstruasi yang diterbitkan oleh UNICEF
bekerjasama dengan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dari Pemerintah telah
menghindarkan banyak Anak Perempuan Indonesia dari perundungan dan ancaman
tinggal kelas.
Perubahan
sikap dan pemahaman yang dialami oleh Isto adalah bukti bahwa anak-anak juga
bisa dijadikan agen perubahan untuk lingkungan terdekatnya.