Annual Report

Monday, 24 September 2018

Di 'Pulau Rempah' Ambon Tak Satu Anakpun Boleh Luput Dari Program Vaksin MR


Oleh: Tomi Soetjipto

Satu hari di bulan September adalah hari yang memiliki arti tersendiri bagi anak-anak di Waimahu Passo di kota Ambon, ibukota provinsi Maluku. Ada sekitar 23 anak yang terdaftar untuk menerima vaksin MR, sebagai bagian dari kampanye nasional imunisasi untuk 31,9 juta anak. Terletak di Indonesia bagian timur ini, Ambon adalah bagian dari kepulauan Maluku yang terkenal dan pernah menjadi tujuan utama negara-negara penjajah untuk mencari rempah-rempah. 

Dengan penuh keyakinan bak seorang tentara, Jupe Rusmani, empat tahun, masuk ke ruangan kecil yang dipenuhi oleh para pekerja kesehatan yang memegang jarum suntik.  Ketenangannya mengejutkan semua orang, termasuk Ibu Jupe, Nor Rusmani yang menunggu di luar sambil tersenyum lega. 
Armendo Fransesco menerima vaksin Campak & Rubella (MR)
©Fauzan Yo/UNICEF Indonesia/2018

"Berani sekali kamu nak," ujar salah seorang perawat sebelum ia menyuntikkan vaksin penyelamatan dan Campak dan Rubella (MR) pada lengan kiri atas Jupe. Ketika ditanya oleh bibinya apakah ia merasakan sakit, Jupe menggeleng dengan tegas. 

Sikap Jupe menambah kepercayaan diri anak-anak lain untuk dengan yakin  termasuk Gloria Titahena yang berusia delapan tahun. Untuk menutupi rasa takutnya ia tidak membuka mata ketika jarum suntik itu diletakkan di lengan atasnya yang kurus. Dengan senyum malu, Gloria kemudian berpose untuk untuk difoto memegang tulisan dalah bahasa setempat, “Beta brani disuntik Rubella”. Anak lain, Armendo Fransesco, lima tahun, seorang anak laki-laki yang lincah dengan rambut keriting sebahu, memegang tanda lain yang bunyinya “Mau sehat? Harus Imunisasi Rubella ”

Hingga awal September, sekitar 50 persen anak-anak berusia di atas sembilan bulan hingga di bawah 15 tahun di kota Ambon, yang jumlahnya sekitar 50-ribu telah divaksinasi terhadap MR. Kota pelabuhan ini menargetkan sekitar 114 ribu anak divaksin, sementara target provinsi sekitar 514 ribu anak.
Para ibu di Waimahu Passo di kota Ambon,membawa anak-anaknya untuk menerima vaksin Campak & Rubella (MR)
©Fauzan Yo/UNICEF Indonesia/2018

Waimahu Passo adalah lingkungan yang punya sejarah tersendiri. Komunitas rumah darurat dibangun dari sebuah bab gelap dalam sejarah Ambon kala kota mengalami kerusuhan massa pada tahun 1999. Seluruh penduduknya yang berjumlah sekitar 300 penduduk yang tinggal di wilayah padar penduduk ini ini kehilangan rumah dan harta benda mereka ketika kekacauan melanda Ambon.

18 tahun berlalu, komunitas ini telah menjadikan Waimaho Passo sebagai rumah baru mereka, banyak dari mereka telah menemukan pekerjaan di sektor informal sebagai penjual sayur atau ojek.

LSM lokal, Yayasan Pelangi Maluku, telah bekerja keras untuk melakukan vaksinasi untuk anak-anak di komunitas ini 

“Pada awalnya kami mendekati tokoh masyarakat tentang rencana pemerintah, lalu kami datang ke komunitas ini beberapa kali, memberi tahu mereka tentang bahaya MR. Sejauh ini respon nya luar biasa, ”kata Rosa Penturi, Kepala Yayasan, berbicara saat tangan kirinya ditutupi boneka kaus kaki. Saat itu Rosa tengah melakukan pertunjukan boneka dan bernyanyi untuk meredakan ketegangan anak-anak.
Rosa Penturi sedang melakukan pertunjukan boneka dan bernyanyi untuk meredakan ketegangan anak-anak selama proses pemberian vaksin Campak & Rubella (MR)
©Fauzan Yo/UNICEF Indonesia/2018


MEMBANGUN KEPERCAYAAN KE KOMUNITAS

Duduk di sebelah Rosa adalah kepala Passo Puskesmas, dr. Eka. M. Susanti yang juga merupakan salah satu tokoh pendukung kampanye MR menyatakan "tidak ada anak yang tertinggal. Untuk mencapai tujuan ini, para pejabat kesehatan telah bekerja sama dengan pekerja komunitas."

"Kampanye ini sangat membantu membangun kepercayaan kepada masyarakat…. penduduk di sini tidak punya waktu untuk membawa anak-anak mereka ke Puskesmas. Kita yang harus pro-aktif mendatangi mereka, ” kata Dr Susanti, menambahkan bahwa mereka telah mengadakan beberapa sesi imunisasi di lingkungan yang sama sebelumnya.
Kepala Puskesmas Passo dr. Eka. M. Susanti dan anak-anak yang sudah menerima vaksin Campak & Rubella (MR)
©Fauzan Yo/UNICEF Indonesia/2018 

Semua anak di komunitas ini optimismistis  tentang masa depan mereka. Jupe ingin menjadi dokter; Gloria melihat dirinya sebagai seorang polisi wanita dan Armendo berharap untuk menjadi seorang guru.

Di tempat lain, di pusat kota Ambon, di sebuah daerah padat penduduk, Gang Buntu di Honipopu, sekelompok anak-anak yang berasal dari keluarga kurang beruntung berkumpul pada suatu sore untuk berbagi pengalaman vaksinasi MR mereka. Salah satunya adalah Mutiara Palappesi berusia 13 tahun, siswa kelas delapan yang telah divaksin MR di sekolahnya, SMP Alhilal.

Ibu Mutia dulunya seorang penyapu jalan sebelum memutuskan untuk tinggal di rumah untuk menjaga adik perempuannya yang berumur 5 bulan. Kini hanya ayahnya yang menjadi pencari nafkah bagi keluarga. Ia  bekerja sebagai penyapu jalan dan pengumpul sampah, membawa pulang kardus untuk dijual kembali. Selama percakapan dengan Mutia, terlihat jelas bahw ia punya informasi yang baik tentang MR. Meskipun ia mungkin tidak tahu istilah teknis, tetapi cukup paham dalam menguraikan gejala MR.

Dengan kepolosan seorang anak, saat ditanya apa cita-citanya, begini jawabnya "Saya ingin menjadi PNS (pegawai negeri) ... Saya suka melihat para PNS, karena mereka selalu sibuk, dan seragamnya bagus."

Mutia menghabiskan malamnya untuk menambah penghasilan tambahan bagi keluarga. Setiap malam ia menjual lima surat kabar di jalan utama kota Ambon; untuk setiap penjualan, koran yang terjual ia mendapat Rp 1000. 

Jalan mereka mungkin panjang dan rumit, tetapi imunisasi MR memang langkah pertama dalam mewujudkan tujuan mereka.
 Armendo Fransesco yang pemberani setelah menerima vaksin Campak & Rubella (MR)
©Fauzan Yo/UNICEF Indonesia/2018