Annual Report

Monday 1 October 2018

Kasih Ibu Teresia untuk Alinea sepanjang masa

Oleh: Dinda Veska – Donor Content Creator UNICEF Indonesia
Seorang anak di Kupang dengan HIV positif tertidur dibalik kelambu, ia terinfeksi sejak hari pertama lahir ke dunia.©Shehzad Noorani/UNICEF/2018.

Dari seberang jalan seorang ibu berperawakan besar dengan rambutnya terikat rapih ke belakang, melambaikan tangannya pada saya yang sedikit bingung menerka-nerka sosok Ibu Teresia. 

Tidak sampai 5 menit dari persimpangan Jalan Alak – Kabupaten Kupang, kami tiba di kediaman Ibu Teresia. Beliau mempersilahkan saya tetap memakai sepatu karena khawatir kaus kaki saya akan kotor oleh lantai rumahnya yang erlantaikan semen.

Tidak lama setelah masuk ke ruangan kedua setelah ruang tamu, beliau kembali keluar mengenakan kemeja berwarna kuning bertuliskan Warga Peduli AIDS di bahu sebelah kiri, senyumnya semakin manis dengan gincu merah.

Iya duduk sambil memangku Alinea (2) – anak dengan HIV positif yang belum genap satu tahun diadopsi. “Ibunya meninggal waktu saya sedang mendampingi pasien di rumah sakit.” Jelasnya, seolah paham dengan apa yang ingin segera saya tanyakan.

Ia mengaku jatuh cinta pada Alinea sejak pertama kali melihat Alinea di samping ranjang seorang perempuan dengan HIV positif yang tengah meregang nyawa. Setelah digantikan popok oleh Ibu Teresia, perempuan itu menitipkan Alinea untuk dirawat dan dibesarkan. Sesaat setelah Alinea kehilangan ibunya, Ibu Teresia mendapat persetujuan dari anak dan suami untuk mengadopsi Alinea.

Ia juga memberi pemahaman pada anak-anak dan suami yang tinggal bersama di rumah tentang bagaimana menjaga Alinea dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Ibu Teresia juga berkali-kali mengingatkan untuk selalu memberitahunya jika Alinea terluka fisik, karena anak-anaknya sendiri masih belum begitu paham bagaimana harus merawat adik angkatnya.

Ibu beranak 5 ini sudah sejak 2014 mendampingi 8 orang dengan positif HIV, selain mengurus keperluan rumah tangga dan anak-anaknya sendiri, ia aktif mengunjungi dan menemani pasien HIV untuk mendapat perawatan juga pengobatan di rumah sakit.

“Orang dengan HIV butuh didukung, terutama oleh keluarga sehingga mereka tetap memiliki semangat untuk hidup.”

Setiap penjelasan dari Ibu Teresia selalu menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri.

Di antara pasien-pasien yang didampingi Ibu Teresia, terdapat seorang ibu hamil dengan HIV positif, kondisi seperti ini dapat mengancam janin yang sedang berada di dalam kandungan. Bukan tidak mungkin bayi tersebut lahir dengan terinfeksi virus dari ibunya. Oleh karena itu semua ibu hamil pun harus menjalani tes HIV selama masa kehamilan. Kini tes tersebut sudah menjadi salah satu dari rangkaian pemeriksaan kehamilan di seluruh pusat pelayanan kesehatan.

“Janin itu kan tidak bersalah, mereka bahkan tidak mengerti apa-apa yang dialami ibunya. Saya ingin ikut membantu mereka dapat terhindar dari virus ini.” Ucap Ibu Teresia setelah menunjukkan beberapa buku panduan kesehatan yang selalu ia bawa setiap kali kunjungan ke rumah-rumah pasien.

Sejauh ini, sebanyak lebih dari 1000 orang terinveksi HIV di Kabupaten kupang (berdasarkan data dari pusat pelayanan kesehatan). UNICEF bersama pemerintah terus berupaya untuk memastikan sistem pelayanan kesehatan dapat menjangkau ibu hamil dan mencegah setiap anak yang lahir terinveksi virus HIV, hingga tidak ada lagi anak yang harus lahir menderita karena penyakit-penyakit yang bisa dicegah. Program Pencegahan Penyakit Menular dari Ibu ke Anak diharapkan juga dapat memudahkan langkah gerak relawan Peduli AIDS seperti Ibu Teresia.

Salah satu peran penting Ibu Teresia juga memastikan ibu hamil yang ia dampingi mengkonsumsi ARV secara rutin. “Semoga tidak ada lagi bayi-bayi yang lahir terinveksi virus ini.” Ungkapnya.

Setiap ibu hamil dengan HIV positif, harus mengkonsumsi ARV (Antiretroviral) atau obat untuk menekan jumlah virus yang berkembang di dalam tubuh si ibu sehingga dapat menurunkan kemungkinan bayinya terinveksi. Namun ketika bayi itu lahir, pengecekan darah dan status HIV harus rutin dilakukan pada seorang anak hingga usia 18 bulan, guna memastikan anak tersebut tidak terinfeksi HIV dari ibunya.

Kepedulian yang diperjuangkan oleh Ibu Teresia membawa saya pada potongan lirik lagu kasih ibu. Kasih sayangnya tak terhingga, sepanjang masa, hanya memberi dan tak harap kembali.

Ibu Teresia bukan hanya sekedar ibu angkat untuk Alinea, ialah cahaya yang akan terus menyinari langkah Alinea, kelima anaknya dan anak-anak lain di Kupang yang ingin ia selamatkan.


*Seluruh nama di dalam tulisan ini telah disamarkan, demi menghargai hak-hak anak.