Annual Report

Tuesday, 9 July 2013

Pasca gempa di Aceh - Memberikan senyuman kepada anak-anak dengan belajar dan bermain

Yusniati bermain puzzle dengan anaknya,
Liana, di tenda pusat belajar UNICEF.
© UNICEF Indonesia / 2013 / Juanda
Bener Meriah, Indonesia, 9 Juli 2013 - "Rasanya seperti kiamat", ucapYusniati (25), seorang petani kopi dari Serempah, kecamatan Ketol, ketika mengingat apa yang terjadi pada tanggal 2 Juli kemarin saat sebuah gempa berkekuatan 6,2 Richter melanda daerah Bener Meriah dan Aceh Tengah. Gempa ini telah memakan 39 korban dan melukai lebih dari 2.400 orang. "Kami sedang di perkebunan, dan kami bisa merasakan tanah bergerak naik dan turun. Suaranya sangat keras," katanya.

Sekitar 50.000 orang dari 12.000 lebih rumah tangga di 70 lokasi telah mengungsi dari rumah mereka. Banyak juga keluarga yang rumahnya tidak hancur tetapi lebih memilih untuk menunggu di luar, takut akan gempa susulan. Sekitar sepertiga dari mereka yang terkena dampak adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun.

"Setelah sekitar 5 menit getaran, saya lihat teman-teman dan tetangga berlarian. Ada juga beberapa orang yang sudah terperangkap dan menangis minta tolong. Banyak yang berdarah, tapi kami saling membantu dan akhirnya kami berhasil pindah ke area terbuka. Kami terkejut dan bingung, dan sampai sekarang pun masih," tambah Yusniati.

Bersama dengan Pemerintah Indonesia, UNICEF berupaya mengembalikan kehidupan anak-anak dan keluarga dari desa-desa yang terdampak senormal mungkin.

Setelah mengkaji kerusakan yang terjadi, Departemen Pendidikan meminta bantuan UNICEF untuk menyediakan anak-anak dengan tempat belajar yang aman agar keadaan lebih terkesan normal bagi mereka.

UNICEF telah menyiapkan empat pusat belajar sementara di Bener Meriah dan Aceh Tengah, agar anak-anak dapat tetap bermain dan belajar. Selain itu, 41 perlengkapan sekolah tambahan kini sedang dalam perjalanan menuju ke kedua kabupaten tersebut.

"Sebagian besar sekolah runtuh dalam gempa dan saya tidak yakin di mana murid-murid bisa belajar minggu depan," kata Evita, seorang guru relawan dari Aceh Tengah, merujuk kepada tahun ajaran baru yang seharusnya dimulai pada pertengahan Juli. "Tapi sekarang saya lihat kami sudah ada tenda, dan masih lebih banyak lagi akan datang dari UNICEF, jadi anak-anak bisa kembali ke sekolah."

Para ibu dan anak yang mengungsi berdiri di depan pusat belajar yang
dinamakan "Pondok Anak Ceria".
© UNICEF Indonesia / 2013 / Juanda

"Karena sekolah-sekolah rusak dan anak-anak dalam keadaan rentan, pusat belajar sementara ini membantu mereka berkumpul di satu tempat dan memberikan peluang aktifitas belajar dan bermain," ucap kepala kantor lapangan UNICEF di Aceh, Umar bin Abdul Aziz. "Upaya ini sangat penting karena pendidikan memberikan anak-anak rasa aman di tengah kekacauan dan krisis."

UNICEF juga mendistribusikan 70 paket perlengkapan sekolah, 35 paket rekreasi dan 35 tenda sekolah untuk tahun ajaran mendatang. Setiap paket perlengkapan sekolah menyediakan buku-buku pelajaran, pena, pensil, serta bahan pembelajaran lainnya yang dapat digunakan oleh hingga 40 anak.

Untuk melanjutkan kegiatan kemanusiaan dalam menanggapi gempa Aceh, UNICEF sangat membutuhkan dukungan agar dapat memberikan masyarakat yang terdampak dengan bantuan yang tepat waktu dan memadai. Donasikan bantuan Anda sekarang.


Peta situasi gempa Aceh Tengah, per 10 Juli 2013. Klik untuk memperbesar gambar.