Annual Report

Monday, 19 October 2015

Telpon genggam yang menyelamatkan kehidupan


Bidan Maena Nhur Desita memberikan vaksin. ©UNICEF Indonesia/2015

Kedoya Utara merupakan salah satu daerah miskin di Jakarta. Kedoya Utara berada di antara sederetan megamall dan gedung pencakar langit sehingga daerah ini harus berjuang dengan kondisi hidup seadanya, saluran air yang kotor dan listrik yang tidak memadai.

Salah satu yang menjadi perhatian khusus di Kedoya Utara adalah tingkat imunisasi anak-anak yang sangat rendah. Hal ini menyebabkan mereka beresiko menderita penyakit yang mengancam jiwa seperti campak dan difteri.

"Terjadi kesenjangan ketidakadilan di Jakarta dan seluruh Indonesia. Anak dari keluarga miskin, terutama mereka yang tinggal di daerah-daerah kumuh, tidak terjangkau secara tetap untuk menerima dosis vaksinasi lengkap," kata Spesialis Kesehatan UNICEF Indonesia Dr. Kenny Peetosutan.


"Anak-anak yang tidak diimunisasi dapat menjadi ancaman potensial bagi anak-anak lain dalam masyarakat mereka," kata Dr. Kenny. "Oleh karena itu, dengan memastikan bahwa setiap anak menerima semua vaksin yang diperlukan, kita akhirnya dapat melindungi seluruh masyarakat." 

Daerah-daerah seperti Kedoya Utara memberikan sejumlah tantangan bagi tenaga kesehatan. Sangat sulit untuk mengetahui dan memantau setiap anak. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa mereka menerima semua vaksinasi yang mereka perlukan.

Oleh karena itu, pada tahun 2015, UNICEF mulai merintis teknologi RapidPro di tujuh kecamatan di sekitar Jakarta. RapidPro merupakan program untuk mengumpulkan informasi dengan mengirim dan menerima sejumlah pesan teks SMS.

Teknologi ini membuka saluran komunikasi baru antara pemerintah daerah, petugas kesehatan dan anggota masyarakat. Data ini kemudian dipantau dari waktu ke waktu.

"Saya sangat khawatir tentang campak," kata bidan Maena Nhur Desita yang bekerja di Kedoya Utara. Dia memberikan vaksin di Posyandu setempat. Selama ia bekerja di Posyandu tersebut, hanya beberapa ibu membawa anak-anak mereka.

Tetapi keadaan ini lambat laun mulai berubah. Timnya mulai menggunakan teknologi RapidPro untuk mendapatkan informasi langsung dari masyarakat untuk memahami alasan tentang tingkat kehadiran yang rendah. Petugas kesehatan kini tahu dimana dan bagaimana memfokuskan upaya mereka. 

Kolega Maya Saptarika menjelaskan langkah-langkah berikutnya "Kami akan segera mulai menggunakan RapidPro untuk secara nyata menghubungi rumah tangga dan mengingatkan orang tua ketika anak-anak harus melakukan kunjungan vaksinasi mereka berikutnya."

"Harapan kami bahwa penggunaan RapidPro  ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan cakupan imunisasi," kata Ms Saptarika.

Terdapat sekitar 1,9 juta anak usia di bawah satu tahun yang tidak menerima imunisasi lengkap di seluruh Indonesia. RapidPro merupakan perkembangan penting dalam menangani masalah ini.