Reni dan Alya, sebuah metode pendidikan inklusi memberi kesempatan untuk mereka belajar bersama
©UNICEF/Dinda Veska/2017
“Anak-anak dengan disabilitas seharusnya sekolah bersama anak-anak
lainnya seperti aku. Agar bisa bermain bersama dan mendapat kesempatan yang sama.”
Alya menyampaikan pendapatnya tersebut di
tengah keriuhan acara FutbolNet awal Februari kemarin. Anak perempuan berusia
dua belas tahun ini dan teman-teman lainnya dari SMP Az-Zahra mendapat
kesempatan untuk belajar mengenal pendidikan inklusi melalui olahraga, bersama
anak-anak berkebutuhan khusus dari Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta.
Ini merupakan pengalaman pertama bagi Alya
berinteraksi dan coba memahami apa yang dialami oleh Reni – anak dengan disabilitas yang
ia dampingi sepanjang acara FutbolNet berlangsung.
Alya terlihat sangat gembira bersama Reni
memindahkan bola-bola pingpong dari satu titik ke titik lainnya, menendang bola
hingga mencapai garis yang ditentukan, dan berbagai permainan olahraga
sederhana lainnya. Ia juga sabar menunggu teman barunya ini benar-benar memahami
setiap instruksi dari pelatih.
Terik matahari saat itu sama sekali tidak
mematahkan semangat setiap anak. Alih-alih mempertanyakan perbedaan fisik yang
membatasi, Alya, Reni dan puluhan anak lainnya justru menerapkan makna dari
“Kesempatan” itu sendiri. Saling membuka diri dan berusaha memahami kondisi
siapapun yang ada di samping mereka.
Kesempatan yang sama untuk setiap anak belajar,
bermain, dan berolahraga kali ini kembali diselenggarakan oleh UNICEF dengan
dukungan dari FCB (Foot Ball Club Barcelona) Foundation dan Reach Out to Asia.
Metode FutbolNet diperkenalkan kepada para guru, siswa, pelatih, dan relawan
remaja yang hadir.
Salah seorang tim dari FCB Foundation menemani
seorang anak berkebutuhan khusus©UNICEF/Dinda Veska/2017
Metode ini tidak memerlukan peralatan
atau infrastruktur yang spesial, cukup dengan peralatan sederhana seperti bola
pingpong, bola tenis, piring plastik dan lain sebagainya. Tidak ada peraturan
khusus yang sulit dimengerti.
Ketika ditanya bagaimana jika ada
anak berkebutuhan khusus yang belajar bersama di sekolahnya, spontan Alya menjawab, “Saya
akan membantu dia agar bisa seperti yang lain, misalnya membantu dia belajar, agar
dia juga bisa naik kelas.” Reni sendiri beberapa kali tinggal kelas, padahal
seharusnya ia sudah duduk di bangku SMP.
FutbolNet pada akhirnya tidak
hanya sekedar metode, tetapi adalah dunia anak-anak itu sendiri yang sederhana
dan memberi peluang untuk mereka mencapai potensi maksimal, tidak peduli apapun
hambatannya. Diskriminasi
dan stigma pun tidak lagi dirasakan dan diwariskan kepada anak-anak.
Seorang anak-anak dengan disabiltas sedang berlatih untuk melepaskan balon-balon ke udara ©UNICEF/Dinda Veska/2017
Pendidikan Inklusi itu sendiri
dapat terus menjadi bola salju yang berkelanjutan dan membawa dampak besar pada
masa depan Anak Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Menteri Pendidikan yang
hadir dan ikut bermain bersama di hari itu, “Anak-anak dengan disabilitas harus bahagia
dan menikmati kehidupan seperti anak lainnya.”