Annual Report

Tuesday, 12 May 2015

Mengintip program UNICEF di Ternate & Tidore

Winda - UNICEF Indonesia Fundraiser

Ternate, kota yang terletak di ujung barat Sulawesi ini memiliki berbagai macam hal yang dapat membuat kita berdecak kagum, baik dari keindahan alamnya, makanan khasnya, penduduknya dan masih banyak hal lainnya yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Kota Ternate adalah sebuah kota kecil yang berada di bawah kaki gunung api Gamalama di Provinsi Maluku Utara, memiliki luas sekitar 547.736 Km2 kota Ternate sudah menjadi kota otonom semenjak 4 Agustus 2010 sedangkan  Kota Tidore memiliki luas wilayah 9.564,7 km² dan berpenduduk sebanyak 98.025 jiwa.

Dibalik keindahan alam dan kekayaan sumber daya alamnya yang luar biasa, kota ini menyimpan sebuah masalah pelik yang sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama. Salah satu masalah yang cukup serius dari kota Ternate & Tidore adalah masalah kesehatan, kurangnya pengetahuan umum mengenai pentingnya kesehatan dan kurangnya sarana dan prasarana yang memadai menjadi sumber masalah yang terjadi di kota ini. Oleh karena itu UNICEF dan pemerintah setempat bekerja sama untuk mengatasi masalah ini dengan bersama-sama membangun Puskesmas-Puskesmas yang didanai oleh UNICEF dibantu oleh pemerintah setempat.



Pada tanggal 18 – 20 Maret lalu kami perwakilan dari UNICEF berkesempatan untuk mengunjungi beberapa Puskesmas yang dibangun UNICEF bersama pemerintah setempat. Puskesmas pertama yang kami kunjungi adalah Puskesmas Rawat Jalan Rum Balibunga (Tidore) yang didirikan pada tanggal 20 Januari 2014. Menurut data yang kami kumpulkan di Puskesmas ini umur pernikahan yang sering terjadi di Tidore adalah pada umur 15 -18 tahun, selama tahun 2014 lalu ada 18 kasus ibu muda, yang semestinya 1 : 1000 pada tempat dengan 8.000 penduduk hanya ada 8 kasus ibu muda.

Tuesday, 28 April 2015

Gempa di Nepal: 5 hal yang perlu kamu ketahui

Beberapa hari ini sangat memilukan untuk anak-anak di Nepal dan hampir tiga juta anak membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak setelah gempa bumi. Berikut lima hal yang kamu perlu tahu tentang bencana ini:

1. Gempa terbesar dalam 81 tahun


© UNICEF/NYHQ2015-1040/Nybo
Gempa berkekuatan 7,8 Richter ini adalah gempa terburuk yang dialami Nepal selama lebih dari 80 tahun terakhir. Lebih dari 60 gempa susulan terjadi, salah satunya mencapai skala 6,7 Richter.

Saturday, 25 April 2015

Malaria pada Kehamilan: Apa artinya bagi kehidupan anak-anak kita

Oleh Maria Endang Sumiwi – Health Specialist Malaria

Dr Jeanne Rini Poespoprodjo, SpA, Msc, PhD adalah dokter anak di Rumah Sakit Umum Daerah Mimika (Papua, Indonesia), konsultan kesehatan ibu dan anak untuk UNICEF dan WHO Indonesia serta Dinas Kesehatan di Papua, Indonesia, serta peneliti malaria di Fasilitas Riset Timika bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan Menzies School of Health Research, Darwin.

Indonesia sedang berperang melawan malaria dan sejauh ini sudah terlihat sejumlah kemajuan yang menjanjikan. Penyakit itu secara berangsur mulai lenyap di sejumlah daerah. Namun di banyak daerah dengan tingkat penularan yang tinggi, beban karena malaria masih dirasakan. Provinsi-provinsi di kawasan timur Indonesia merupakan daerah dengan penularan malaria yang tertinggi. Di kabupaten dengan situasi malaria yang terburuk, satu dari tiga orang terserang malaria sekali dalam satu tahun.

Ibu hamil terutama sangat rentan terhadap malaria. Mereka memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi malaria dan menderita malaria berat jika dibandingkan dengan mereka yang tidak hamil.

Lantas, apa arti hal itu bagi kehidupan anak-anak kita? UNICEF menghadirkan perspektif seorang dokter yang sehari-hari berhadapan dengan malaria. Dr. Jeanne Rini Poespoprodjo adalah seorang dokter anak yang sudah 15 tahun bekerja di Papua.

Bersama Laskar Jentik, lingkunganku bebas jentik

By Ermi Ndoen – Health Officer, Kupang Field Office

Para Laskar Jentik – Agen Perubahan,  bermimpi tentang Sikka  bebas penyakit malaria di Pantai Waiara, Sea World Hotel, Maumere Sikka. © UNICEF Indonesia / 2014 / Ermi

Tidak semua “jentik” merupakan penyebab penyakit berbasis nyamuk, karena di Sikka, NTT, ada pasukan yang menamakan diri mereka Laskar Jentik. 

Laskar Jentik adalah sebutan bagi anak-anak sekolah yang menjadi pasukan pemantau jentik dan merupakan salah satu program pemberantasan penyakit malaria berbasis masyarakat sekolah yang didukung oleh UNICEF di Provinsi NTT. 

Friday, 24 April 2015

“Senyum” untuk imunisasi

Nur Awwalia dan Wall of Fame Imunisasi. ©UNICEF Indonesia/2015 

Tembok Puskesmas Tanah Merah Bangkalan di Pulau Madura, Jawa Timur, penuh dengan poster-poster yang umum ditemui di sebuah klinik kesehatan. Tapi ada satu yang menonjol yaitu sebuah papan tulis putih sarat dengan foto-foto 25 bayi yang sedang tersenyum.

Bayi-bayi ini membentuk wadah pameran “Wall of Fame Imunisasi” di Puskesmas. Setiap bayi sudah menyelesaikan lima sesi imunisasi rutin gratis mereka, yang memberikan keamanan dari berbagai penyakit seperti difteri, TBC, hepatitis B, tetanus, polio dan campak.

Seorang bidan di puskesmas itu, Nur Awwalia, baru-baru ini memiliki ide untuk membuat poster tersebut. “Setiap orang tua senang memamerkan bayi mereka. Jadi kenapa tidak menggunakannya untuk mempromosikan imunisasi!” kata Nur.