Oleh: Dinda Veska
Masih ingatkah dengan kisah dua orang anak dari Desa Kenanga* bernama Sari* dan Dewi*? Yang hidupnya berubah dramatis setelah menikah dan melahirkan anak dari laki-laki yang sama. Sari sempat menguangkapkan bahwa ia rindu kehidupan lamanya. "Saya lebih senang menjadi pelajar dari pada Ibu. Ketika saya masih sekolah, semuanya lebih baik."
Setelah ditinggalkan oleh Hazar – suaminya, Sari menyampaikan kembali keinginannya kepada sang Ibu. Keterbatasan biaya menjadi kendala utama untuk mengembalikan Sari ke sekolah. Ditambah lagi tidak mudah untuk mencari sekolah yang bersedia menerima Sari dengan kondisi sudah pernah menikah dan memiliki anak.
Beberapa kilometer dari Desa Kenanga, saat itu (tahun 2015) Pemerintah di Mamuju bekerjasama dengan organisasi lokal dan UNICEF Indonesia melakukan Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM). Dari hasil data itu ditemukan 687 anak tidak sekolah karena alasan menikah.
UNICEF di Mamuju bersama pihak-pihak lainnya kemudian melakukan survey langsung ke lapangan. Bertemulah mereka dengan Sari yang saat itu menunjukkan kesungguhannya untuk kembali bersekolah, kemudian dibantu lah Sari dalam proses kembali ke sekolah, mulai dari pencarian sekolah hingga menyiapkan kondisi mentalnya.
Sari juga menyampaikan bahwa “Pendidikan adalah alat terbaik yang bisa digunakan untuk memutus tali kemiskinan juga mengubah nasib keluarga saya.”
Namun penolakan serta perundungan di sekolah pertama sempat membuat Sari tidak percaya diri dan ragu untuk meneruskan perjuangannya. Melalui beberapa kali diskusi yang dibantu oleh Kepala Desa, tumbuhlah kembali rasa percaya diri itu, ditambah juga ada bantuan beasiswa dari seseorang yang mengetahui kisah tentang Sari ini. Akhirnya ia pun bisa kembali bersekolah di Sekolah Satu Atap (SATAP): program pemerintah yang juga didukung oleh UNICEF.
Program tersebut dibuat untuk memberi solusi dari kendala geografis dan lainnya yang menyulitkan banyak anak di Sekolah Dasar mendapat akses ke Sekolah Menengah Pertama, dengan adanya SATAP anak-anak seperti Sari pun dapat langsung melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP. Saat ini Sari sudah lulus dari SATAP dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Seperti perjuangan pahlawan idolanya: Jendral Sudirman, Sari akhirnya mampu bergerilya menghadapi tantangan hidup yang cukup berat.
Kini, Sang Pengantin telah kembali menjadi Pelajar Sekolah!
Masa depan Sari menjadi lebih benderang berkat kolaborasi Pemerintah, UNICEF, dan banyak pihak lainnya, termasuk Anda!
*Nama anak-anak perempuan dan desa di atas bukan nama asli.