Oleh: Cory Rogers
Hari Rabu,
saat ribuan orang keluar untuk salat subuh berjamaah, tanah di Pidie Jaya –
Aceh Utara tiba-tiba terguncang. Dalam hitungan menit, 3000 rumah hancur
menjadi puing-puing, jalanan di sekitar terbelah dan rusak parah.
Berdasarkan
data terakhir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 102 orang
meninggal duni, lebih dari 300 orang terluka, dan 85.000 penduduk saat ini
masih dalam pengungsian. Seperempat dari mereka yang meninggal berusia di bawah
18 tahun.
Dampak langsung
dari gempa tersebut adalah puluhan ribu orang kehilangan rumahnya. Juga banyak dari
mereka yang tidak memiliki akses pelayanan yang baik seperti, air yang aman,
kesehatan dan sanitasi, bahkan pendidikan.
BNPB
bekerjasama dengan lintas kementerian menyediakan tempat pengungsian sementara
untuk perlindungan, kesehatan, logistik dan peralatan, serta sarana pendidikan,
didukung oleh 50 Organisasi Non Pemerintah (NGO), 4 badan PBB dan donatur dari
sektor swasta.
UNICEF
sendiri diminta bergabung dengan Kementerian Pendidikan untuk menilai kerusakan
yang dialami sekolah-sekolah. Penilaian ini meliputi 3 Kabupaten yaitu Pidie
Jaya, Pidie dan Bireun, yang semuanya terletak dekat dengan pusat gempa di
pantai utara Aceh.
“Sejauh ini
kami masih mengidentifikasi kekurangan dan kebutuhan apa saja yang harus
dipenuhi,” Ujar Yusra Tebe - Spesialis Pendidikan untuk Bencana di UNICEF, yang
ikut bergabung dengan tim di lapangan. “Dari 296 sekolah di Pidijaya, 155 rusak
karena gempa, sementara itu 40 lainnya rusak parah hingga tidak dapat
diperbaiki lagi.” Tambahnya. Data tersebut belum termasuk pengecekan dari
sekolah-sekolah islam yang berada di sana.
Dinas
Pendidikan Pidie Jaya telah merekomendasikan siswa-siswa yang sekolahnya hancur
karena gempa untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah lain sementara sekolah
mereka diperbaiki.
Sebelumnya
UNICEF juga telah memasok puluhan tenda pendidikan kepada Departemen Pendidikan
di Sumatera Utara agar mempermudah mobilisasi saat bencana terjadi. Dengan
kerusakan yang sangat parah saat ini tenda-tenda itu pun digunakan untuk tempat
belajar semantara anak-anak di Pidie Jaya, telah didirikan mulai tanggal 10
Desember.
“Tahun
kemarin kami menyumbang puluhan tenda untuk prasarana pendidikan dan bermain
anak.” Jelas Yusra. Mereka membangun tenda pertama di Pidie Jaya beberapa hari
setelah bencana terjadi.
“Total ada
40 tenda yang kita butuhkan, semoga smeuanya bisa didirikan pada 2 Januari saat
sekolah dimulai.” Jelas Yusra lagi. Status darurat telah diumumkan di 3
kabupaten yang juga sedang dalam waktu libur sekolah.
Program
asisten UNICEF juga hadir saat pendirian tenda di Pelandok Tunong, sekolah
kedua di Desa Trienggadeng. “Kepala sekolah sangat antusias dengan pendirian
tenda ini, karena itu dapat mempermudah proses belajar mengajar, ini sangat
penting menurut beliau.” Ujar Said.
Di
saat-saat seperti ini, hidup anak-anak harus kembali seperti sedia kala secepat
mungkin, termasuk semua yang ada di dalamnya teman-teman dan lingkungan mereka.
Untuk mendukung semua itu, organisasi lokal saat ini tengah berupaya
merencanakan sejumlah kegiatan untuk mereka di sekolah.
“Saya
percaya ini dapat memulihkan anak-anak dari stres dan trauma mereka,” ujar
Said, hal itulah yang terpenting, mengingat gempa susulan juga telah terjadi di
3 kabupaten dan memperburuk keadaan para korban.
Tim yang
turun ke lapangan juga mengidentifikasi kebutuhan buku, peralatan sekolah, dan
dukungan psikologis. UNICEF juga menyumbang perlengkapan untuk kebutuhan Pendidikan
Anak Usia dini yang telah dibawa ke Pidie Jaya dari tempat penyimpanan di
Sumatera Utara. “80 perlengkapan lainnya di medan bisa langsung dimobilisasi
kapanpun jika dibutuhkan.” Ujar Yusra.
Seluruh
perlengkapan ini berisi alat tulis dan alat-alat kerajinan tangan, dapat
digunakan sambil menunggu perbaikan dan pembangunan kembali sekolah mereka.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Litbang, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB menjelaskan bahwa seluruh dana sumbangan akan dialokasikan ntuk membangun dan memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak karena bencana.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Litbang, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB menjelaskan bahwa seluruh dana sumbangan akan dialokasikan ntuk membangun dan memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak karena bencana.