Seorang facers sedang mengedukasi pengunjung mall tentang program UNICEF Indonesia.
©UNICEF Indonesia/2016/Surabaya.
Fundraising atau
penggalangan dana kerap kali dipandang sebagai sebuah kegiatan yang tidak
menarik atau bahkan mengganggu bagi sebagian orang termasuk saya. Para
penggalang dana (facers) yang ada di jalan-jalan atau di mall ini cukup
menyebalkan. "Seperti sales credit card, gak sopan asal stop aja,
emang gak ada cara lain untuk mintain uang? Kalau bisa dihindari, mending
menghindar aja." Dan masih banyak lagi komentar negatif lainnya.
Selama satu pekan kemarin saya
mendapat kesempatan bekerja sama dengan mereka untuk pembuatan beberapa
video story di Kabupaten Mamuju. Kesan pertama yang ditimbulkan oleh
keempat facers ini adalah sangat aktif dan banyak bicara. Wajar saya
pikir karena itulah yang menjadi alat utama untuk mereka bergerilya
mengumpulkan banyak donasi selama ini.
Saat mendapat kesempatan untuk
rapat persiapan dengan organisasi lokal di Mamuju, keempat facers ini banyak
bertanya hal-hal yang di luar ekspetasi saya tentang mereka. Pertanyaan mereka
cukup dalam dan jauh dari ranah permukaan. Secara bergantian dengan sangat
antusias mereka menanyakan data dan fakta yang terjadi di lapangan.
Seketika ingatan saya melayang ke
beberapa waktu lalu saat dicegat oleh seorang facers di sebuah pusat
perbelanjaan. Alih-alih meminta donasi, facers itu lebih banyak bercerita
mengenai program-program yang dilakukan oleh UNICEF dan bagaimana kondisi
anak-anak Indonesia yang hidup dengan banyak keterbatasan.
Pantas saja mereka benar-benar
memahami kondisi anak-anak yang diceritakan ketika menggalang donasi. Proses pengumpulan informasinya
ternyata tidak sembarangan, seperti yang dilakukan saat itu. Mereka harus
berkunjung ke daerah yang di mana program UNICEF sedang berlangsung, untuk
memastikan donasi yang digalang akan terserap dengan benar dan tepat sasaran.
Selain itu juga untuk benar-benar memahami data dan fakta yang ada mereka
bertemu langsung dengan anak-anak di sana.
Belum selesai sampai disitu, motivasi dan
semangat mereka juga sangat menginspirasi saya. Seperti Mey yang ternyata
memilih pekerjaan ini karena ingin membayar rasa bersalahnya kepada sang adik
yang meninggal di usia anak. "Mungkin ini memang kesempatannya mbak untuk
melakukan sesuatu untuk adikku, ya meskipun gak untuk dia langsung tapi
setidaknya aku lega karena melakukan hal baik untuk anak-anak. Waktu lihat
banner UNICEF di job fair tuh aku langsung inget adikku, waktu dia
meninggal aku tuh gak ada di sampingnya mbak." Ungkap Mey
Memahami sebelum membenci, mungkin itu yang
sebaiknya kita lakukan. Meskipun terkadang menyebalkan ketika sedang
tergesa-gesa masih harus menanggapi mereka di jalan. Satu hal yang akhirnya
saya pahami, kebaikan yang mereka lakukan tidak seharusnya dihindari. Proses
panjang yang mereka usahakan mulai dari pengumpulan informasi hingga
penggalangan donasi sudah saatnya mendapat apresiasi.
Saya mengajak siapapun yang akhirnya membaca
tulisan ini untuk ikut memberi apresiasi kepada para facers. Ayo
ajak High Five! Dan katakan "SEMANGAT" pada mereka!
“Not all of us can do great
things. But we can do small things, with great love.” Mother Teresa