Annual Report

Wednesday, 25 June 2014

Mengantarkan Layanan Kesehatan untuk Ibu Hamil di Papua

Oleh Andy Brown, Communication Specialist UNICEF East Asia and Pacific

Neli bersama kedua anaknya.
© UNICEF Indonesia/2014/Andy Brown

JAYAWIJAYA, Indonesia, Juni 2014 - Neli Kogoya, 23 tahun, duduk di lantai rumah yang ia tinggali bersama dua keluarga lainnya. Dia membuai bayinya yang baru berusia dua minggu di pangkuannya, sementara seorang perawat memeriksa tekanan darahnya.

Rumah ini berada di desa Sapalek di Jayawijaya, daerah pegunungan terpencil di Papua. Neli bekerja di bidang katering, sementara suaminya tengah berkuliah. Dia memiliki dua anak - seorang anak perempuan bernama Yosiana yang usianya hampir dua tahun, dan bayi laki-laki bernama Eliup, yang lahir dua minggu lalu.

"Ketika Yosiana lahir, saya tidak tahu apa yang harus dilakukan atau diketahui," kata Neli. "Saya tidak tahu tentang menyusui atau vaksinasi, dan tidak ada pusat kesehatan yang dekat. Ketika Yosiana berusia tiga bulan dia terkena demam. Saya harus membayar mobil sewaan ke Wamena untuk membawanya ke rumah sakit. "

Semua ini menjadi lebih mudah bagi Neli saat anaknya yang kedua lahir. Sebuah pusat kesehatan yang baru telah didirikan di kecamatan Napua, melayani sembilan desa. UNICEF telah membantu Puskemas ini untuk melakukan pemetaan desa dan sosialisasi kepada masyarakat setempat, termasuk mengidentifikasi dan menolong wanita hamil.

"Ada petugas kesehatan yang mengunjungi setiap bulan sejak saya hamil," lanjut Neli. "Kehamilan saya sudah lewat tanggal jatuh tempo, sehingga mereka membawa saya ke rumah sakit untuk merangsang persalinan. Mereka juga membantu saya dalam hal imunisasi dan menyusui, dan Eliup diperiksa secara rutin untuk memastikan dia sehat. "

Bentuk-bentuk dukungan seperti ini dapat menyelamatkan nyawa. Tanpanya, anak-anak bayi seperti Eliup menghadapi risiko komplikasi kelahiran, malnutrisi, dan penyakit yang sebetulnya dapat dicegah dengan vaksin seperti campak dan difteri. Tanpa perawatan kesehatan yang tepat, mereka bisa kehilangan nyawa mereka.

Peta dan Kader

Theresia menunjukkan peta desa di Puskesmas Ilekma.© UNICEF Indonesia/2014/Andy Brown

Dinding Puskesmas Ilekma dipenuhi dengan peta-peta sembilan desa yang dicakupnya. Semua peta ini ditandai dengan pin berwarna yang menunjukkan lokasi-lokasi ibu hamil, dan sebuah kalender yang menunjukkan perkiraan tanggal persalinan mereka. Pin berwarna merah mengindikasikan pasien berisiko tinggi, misalnya anak yang kekurangan gizi.

Dengan dukungan dari UNICEF, staf Puskesmas telah memetakan kebutuhan layanan kesehatan dan membuat rencana telah disesuaikan untuk masing-masing desa. Ini disebut microplanning. "Hal ini memungkinkan kami untuk memutuskan cara penggunaan anggaran yang terbaik untuk setiap desa," ucap Theresia Resubu, sang Kepala Puskesmas.

Jayawijaya adalah daerah pegunungan dengan infrastruktur jalanan yang masih kurang memadai, sehingga sangat sulit untuk mencapai desa paling terpencil. Seringkali, satu-satunya cara adalah dengan berjalan kaki. Untuk membantu Puskesmas mencapai desa-desa ini, UNICEF melatih relawan dari masyarakat setempat untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar.

Sejauh ini, 39 kader relawan telah dilatih untuk menangani masalah kesehatan anak yang umum di desa mereka, seperti batuk, demam dan diare. Mereka juga telah belajar bagaimana mengenali kasus yang lebih serius agar bisa dirujuk ke pusat kesehatan terdekat.

Salah satu desa yang terpencil adalah Desa Minimo. Di sini, kader kesehatan Keliopas Mulait, 32 tahun, melakukan pemeriksaan rutin pada Kristin, 2 tahun, di dalam rumah honai tradisional keluarganya. Pada kunjungan sebelumnya, ia menemukan bahwa Kristin mengalami infeksi saluran pernapasan. Dia memberinya beberapa obat-obatan dan kembali tiga hari kemudian untuk menindaklanjutinya.

"Saya sangat bersyukur kader kami mampu membantu Kristin sembuh dari penyakitnya," kata nenek Kristin. "Pusat kesehatan sangat jauh, jadi sangat menolong kalau ada orang dari sekitar sini yang dapat membantu, bahkan di tengah malam sekalipun."

Di Jayawijaya, skema penjangkauan dijalankan oleh World Vision dan Dinas Kesehatan Kabupaten, dengan dukungan keuangan, monitoring dan evaluasi dari UNICEF.

"Kami telah melakukan banyak kegiatan dengan UNICEF tapi yang paling luar biasa adalah pelatihan kader kesehatan," Afrieda dari Dinas Kesehatan Kabupaten mengatakan. "Sebelumnya kami tidak memiliki sumber daya untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil. Proyek ini telah benar-benar membantu kami melayani masyarakat kita sendiri. "

Peningkatan Skala

Seorang perawat memeriksa tekanan darah Neli saat pemeriksaan rutin di rumahnya.
© UNICEF Indonesia/2014/Andy Brown

UNICEF telah mengujicoba metode pemetaan dan pendekatan kader di empat provinsi di Indonesia, termasuk Papua. Saking suksesnya, Pemerintah Indonesia kini telah memutuskan untuk meningkatkan skala proyek ini secara nasional.

Mendapatkan bantuan rutin dari seorang profesional medis telah menjadi bantuan besar bagi Neli. "Saya sangat senang ada pusat kesehatan di sini," katanya. "Saya sangat bersyukur karena mereka telah membawa saya ke rumah sakit dan memastikan bayi saya baik-baik saja. Jika bukan karena ibu bidan, saya tidak akan tahu apa yang harus dilakukan."

Berkat UNICEF, semakin banyak ibu hamil dan bayi akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan, bukan hanya beberapa orang yang beruntung seperti Neli. Berikan sumbangan Anda untuk membantu kami mengubah kehidupan semua anak di Indonesia.