Oleh Andy Brown, Communication Specialist UNICEF East Asia and Pacific
Neli bersama kedua anaknya. © UNICEF Indonesia/2014/Andy Brown |
JAYAWIJAYA, Indonesia, Juni 2014 - Neli Kogoya, 23 tahun,
duduk di lantai rumah yang ia tinggali bersama dua keluarga lainnya. Dia
membuai bayinya yang baru berusia dua minggu di pangkuannya, sementara seorang
perawat memeriksa tekanan darahnya.
Rumah ini berada di desa Sapalek di Jayawijaya, daerah
pegunungan terpencil di Papua. Neli bekerja di bidang katering, sementara
suaminya tengah berkuliah. Dia memiliki dua anak - seorang anak perempuan
bernama Yosiana yang usianya hampir dua tahun, dan bayi laki-laki bernama Eliup,
yang lahir dua minggu lalu.
"Ketika Yosiana lahir, saya tidak tahu apa yang harus
dilakukan atau diketahui," kata Neli. "Saya tidak tahu tentang
menyusui atau vaksinasi, dan tidak ada pusat kesehatan yang dekat. Ketika
Yosiana berusia tiga bulan dia terkena demam. Saya harus membayar mobil sewaan
ke Wamena untuk membawanya ke rumah sakit. "
Semua ini menjadi lebih mudah bagi Neli saat anaknya yang
kedua lahir. Sebuah pusat kesehatan yang baru telah didirikan di kecamatan
Napua, melayani sembilan desa. UNICEF telah membantu Puskemas ini untuk
melakukan pemetaan desa dan sosialisasi kepada masyarakat setempat, termasuk
mengidentifikasi dan menolong wanita hamil.
"Ada petugas kesehatan yang mengunjungi setiap bulan
sejak saya hamil," lanjut Neli. "Kehamilan saya sudah lewat tanggal
jatuh tempo, sehingga mereka membawa saya ke rumah sakit untuk merangsang
persalinan. Mereka juga membantu saya dalam hal imunisasi dan menyusui, dan Eliup
diperiksa secara rutin untuk memastikan dia sehat. "
Bentuk-bentuk dukungan seperti ini dapat menyelamatkan
nyawa. Tanpanya, anak-anak bayi seperti Eliup menghadapi risiko komplikasi
kelahiran, malnutrisi, dan penyakit yang sebetulnya dapat dicegah dengan vaksin
seperti campak dan difteri. Tanpa perawatan kesehatan yang tepat, mereka bisa kehilangan
nyawa mereka.
Peta dan Kader
Theresia menunjukkan peta desa di Puskesmas Ilekma.© UNICEF Indonesia/2014/Andy Brown |
Dinding Puskesmas Ilekma dipenuhi dengan peta-peta sembilan
desa yang dicakupnya. Semua peta ini ditandai dengan pin berwarna yang menunjukkan
lokasi-lokasi ibu hamil, dan sebuah kalender yang menunjukkan perkiraan tanggal
persalinan mereka. Pin berwarna merah mengindikasikan pasien berisiko tinggi,
misalnya anak yang kekurangan gizi.
Dengan dukungan dari UNICEF, staf Puskesmas telah memetakan
kebutuhan layanan kesehatan dan membuat rencana telah disesuaikan untuk
masing-masing desa. Ini disebut microplanning. "Hal ini memungkinkan kami
untuk memutuskan cara penggunaan anggaran yang terbaik untuk setiap desa,"
ucap Theresia Resubu, sang Kepala Puskesmas.
Jayawijaya adalah daerah pegunungan dengan infrastruktur
jalanan yang masih kurang memadai, sehingga sangat sulit untuk mencapai desa
paling terpencil. Seringkali, satu-satunya cara adalah dengan berjalan kaki.
Untuk membantu Puskesmas mencapai desa-desa ini, UNICEF melatih relawan dari
masyarakat setempat untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar.
Sejauh ini, 39 kader relawan telah dilatih untuk menangani
masalah kesehatan anak yang umum di desa mereka, seperti batuk, demam dan
diare. Mereka juga telah belajar bagaimana mengenali kasus yang lebih serius
agar bisa dirujuk ke pusat kesehatan terdekat.
Salah satu desa yang terpencil adalah Desa Minimo. Di sini,
kader kesehatan Keliopas Mulait, 32 tahun, melakukan pemeriksaan rutin pada
Kristin, 2 tahun, di dalam rumah honai tradisional keluarganya. Pada kunjungan
sebelumnya, ia menemukan bahwa Kristin mengalami infeksi saluran pernapasan.
Dia memberinya beberapa obat-obatan dan kembali tiga hari kemudian untuk
menindaklanjutinya.
"Saya sangat bersyukur kader kami mampu membantu
Kristin sembuh dari penyakitnya," kata nenek Kristin. "Pusat
kesehatan sangat jauh, jadi sangat menolong kalau ada orang dari sekitar sini yang
dapat membantu, bahkan di tengah malam sekalipun."
Di Jayawijaya, skema penjangkauan dijalankan oleh World
Vision dan Dinas Kesehatan Kabupaten, dengan dukungan keuangan, monitoring dan
evaluasi dari UNICEF.
"Kami telah melakukan banyak kegiatan dengan UNICEF
tapi yang paling luar biasa adalah pelatihan kader kesehatan," Afrieda
dari Dinas Kesehatan Kabupaten mengatakan. "Sebelumnya kami tidak memiliki
sumber daya untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil. Proyek ini telah
benar-benar membantu kami melayani masyarakat kita sendiri. "
Peningkatan Skala
Seorang perawat memeriksa tekanan darah Neli saat pemeriksaan rutin di rumahnya.
© UNICEF Indonesia/2014/Andy Brown |
UNICEF telah mengujicoba metode pemetaan dan pendekatan
kader di empat provinsi di Indonesia, termasuk Papua. Saking suksesnya, Pemerintah
Indonesia kini telah memutuskan untuk meningkatkan skala proyek ini secara
nasional.
Mendapatkan bantuan rutin dari seorang profesional medis
telah menjadi bantuan besar bagi Neli. "Saya sangat senang ada pusat
kesehatan di sini," katanya. "Saya sangat bersyukur karena mereka telah
membawa saya ke rumah sakit dan memastikan bayi saya baik-baik saja. Jika bukan
karena ibu bidan, saya tidak akan tahu apa yang harus dilakukan."
Berkat UNICEF, semakin banyak ibu hamil dan bayi akan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan, bukan hanya beberapa
orang yang beruntung seperti Neli. Berikan sumbangan Anda untuk membantu kami
mengubah kehidupan semua anak di Indonesia.