Oleh: Sarah Grainger
Ferry Salim ketika mengunjungi Aceh bersama UNICEF pada tahun 2012. © UNICEF Indonesia/2012 |
JAKARTA, Juni 2014 – Aktor, model dan pengusaha
Ferry Salim memperingati ulang tahun ke-10nya sebagai Duta Nasional UNICEF
Indonesia.
UNICEF mendekati Ferry pada bulan Juni 2004, dan menanyakan apakah
ia berkenan untuk mengadvokasikan hak-hak anak.
Sebagai seorang bapak dari tiga anak, ia langsung
menyetujuinya.
Enam bulan kemudian, tsunami Samudra Hindia menghantam
Sumatra Utara dan Thailand, Sri Lanka, India, serta banyak negara lainnya, memakan sekitar 230.000 korban jiwa.
“Saya ingat berdiri di sebuah pantai di Banda Aceh,” ucap
Ferry. “Saya melihat ke arah kota, dan semuanya tampak rata.”
Ferry mengunjungi Banda Aceh dua minggu setelah tsunami, dan
melihat langsung kerusakan yang terjadi serta upaya yang dilakukan UNICEF untuk
menolong anak-anak yang terdampak bencana alam ini.
“Saya tidak menjanjikan apa-apa kepada warga setempat,” kata
Ferry. “Saya hanya ke sana untuk menunjukkan bahwa saya mendukung mereka. Kami bernyanyi dan bermain musik, dan mencoba membawa harapan bagi para
korban.”
Dari Sabang sampai
Merauke
Ferry bersama anak-anak yang terdampak gempa di Yogyakarta pada tahun 2006. © UNICEF Indonesia/2006/Estey |
Kunjungan Ferry ke Aceh adalah salah satu pengalaman
pertamanya bersama UNICEF. Sejak saat itu, ia telah bepergian dari Sabang
sampai Merauke untuk mengunjungi
program-program UNICEF.
Pada tahun 2006, Ferry pergi ke Yogyakarta pasca gempa besar
yang memakan 5.800 korban jiwa dan melukai ribuan lainnya.
“Saya ingat mengumpulkan mainan-mainan anak saya dan
membawanya untuk diberikan kepada anak-anak di Yogya yang telah kehilangan
semuanya,” ujarnya.
Ia bahkan sempat belajar sulap – seperti mengeluarkan bunga
dari dalam topi – untuk membantu anak-anak mengatasi trauma mereka.
“Banyak ibu-ibu yang mau foto bareng saya,” ucapnya. “Tapi
anak-anak hanya ingin dihibur, kita harus bisa membuat mereka tertawa.”
Kinerja Ferry dengan UNICEF tidak hanya terbatas pada
situasi darurat. Ia juga melakukan kampanye vaksinasi untuk menghentikan
epidemi polio. Selain itu, ia juga aktif dalam mendukung kampanye UNICEF untuk
meningkatkan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama mereka. Ia juga telah
membantu UNICEF mengedukasi orang-orang muda tentang pencegahan HIV.
Ferry bersama anak-anak dan pemuda Wamena, Papua, pada bulan Juli 2013. © UNICEF Indonesia/2013 |
Dedikasi Ferry terhadap peran ini juga melibatkan
pengorbanan pribadi. Ketika ibunya meninggal tahun lalu, ia tengah berada di
Papua untuk melihat program anti kekerasan UNICEF.
“Kondisinya sudah lemah sebelum saya berangkat,” ucapnya.
“Saya mendapatkan berita bahwa ia telah meninggalkan dunia ini ketika dalam
transit perjalanan pulang.”
Ferry merasakan sebuah kebanggaan dalam kerjanya bersama
UNICEF, yang telah membantu menarik perhatian masyarakat terhadap isu-isu hak
anak di Indonesia.
“Kini orang benar-benar tahu betapa baiknya kerja yang
dilakukan UNICEF,” ucapnya.
------------
Baca juga:
------------
Baca juga: