Oleh Lauren Rumble, Kepala Perlindungan Anak UNICEF Indonesia
Michelin, 17 tahun, adalah ketua Forum Anak di Makassar.
Saya bertemu dengannya pada bulan Mei yang lalu ketika mengunjungi Makassar
untuk pertama kalinya, bersama dengan para anggota Forum lainnya, dan saya
bertanya pendapat mereka tentang kekerasan terhadap anak di kota tersebut.
Dia percaya bahwa kekerasan terhadap anak, khususnya
perdagangan anak dan kekerasan seksual terhadap mereka yang hidup dan bekerja
di jalanan menjadi kekhawatiran utama bagi anak-anak Makassar.
"Upaya-upaya untuk memecahkan masalah ini masih belum
cukup," katanya.
Menurut Michelin, banyak anak-anak yang merasa bahwa mereka
harus bekerja, bahwa mereka memiliki kewajiban untuk menghidupi keluarga
mereka, padahal mereka seharusnya belajar dan bermain. Kekerasan seksual khususnya
adalah masalah nyata untuk mereka, katanya, karena tidak ada yang melindungi
mereka dari kekerasan orang dewasa. Dan hanya ada beberapa pelayanan kesehatan dan
hukum bagi korban anak di Makassar; sehingga sulit bagi anak-anak untuk
mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan, terutama di daerah pedesaan.
"Kita tahu pemerkosaan terjadi, tapi tidak ada yang membicarakannya
karena dianggap tabu. Tapi itu bukan hanya tabu, itu realitas kita," katanya.
Dari kiri ke kanan: Treatment, Auzain dan Michelin dari Forum Anak Makassar. © UNICEF Indonesia/2014/Lauren Rumble |
Michelin percaya hanya ada satu cara untuk membantu anak-anak
miskin yang disuruh keluarga mereka bekerja, sehingga mengekspos mereka
terhadap kekerasan. Menurutnya pemerintah harus mempromosikan praktik
pengasuhan anak secara positif dan menyebarkan pengetahuan dan informasi
tentang hak-hak anak di desa-desa dan masyarakat setempat.
Namun, dia menekankan bahwa mengkomunikasikan informasi ini
perlu dilakukan dengan cara yang dirancang oleh anak-anak, untuk anak-anak.
Jika kampanye terlalu rumit, anak-anak yang merupakan target utama bisa tidak
mengerti pesan-pesan yang disampaikan.
Treatment, yang juga berusia 17 tahun dan di sekolah yang
sama dengan Michelin, setuju.
"Saya berharap pemerintah dan UNICEF bisa memulai
kampanye penanggulangan kekerasan terhadap anak yang sifatnya dari-anak-untuk-anak,"
katanya.
"Ini artinya anak-anaklah yang membawa pesan perdamaian
dan dukungan untuk satu sama lain, saling membantu dan mengajar apa yang harus
dilakukan jika mereka menghadapi risiko kekerasan."
Auzain, temannya di Forum Anak, berpikir bahwa pemerintah
juga harus melakukan sesuatu tentang kekerasan remaja di Makassar.
"Terlalu banyak anak laki-laki usia saya yang takut
diserang geng pemuda di jalanan dengan panah, batu dan pisau. Perkelahian antar
anak-anak semuda 13 tahun sering dilaporkan di media, namun tidak ada yang
bertindak," katanya.
Menurut mereka pemerintah harus segera mengambil tindakan
untuk mencegah dan menanggapi kekerasan terhadap anak, dalam segala bentuknya.
Mereka ingin agar kurikulum sekolah melingkupi pesan-pesan
tentang di mana dan bagaimana anak-anak bisa melaporkan kekerasan. Mereka ingin
dukungan dari dalam masyarakat untuk anak korban kekerasan, termasuk akses cepat
ke layanan kesehatan, dan dukungan keluarga untuk mencegah anak-anak mencari
pekerjaan dalam kondisi yang tidak aman.
Mereka ingin pemerintah untuk memprioritaskan anak-anak
dalam anggaran nasional. "Pemerintah punya banyak uang, tapi itu
sebetulnya bukan milik mereka," kata Auzain. "Uang itu sedang
dipinjam dari kami, anak-anak."
Yang paling penting, ucap Michelin, Treatment dan Auzain,
adalah orangtua perlu menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka.
"Saya berharap orang tua mau menghabiskan sedikit waktu
untuk menyayangi dan bermain dengan anak-anak mereka setiap hari. Prioritas
nomor satu anak-anak adalah kasih sayang, tetapi seringkali ini tidak
terlihat," kata mereka.
Mereka mungkin benar. Secara global, dukungan bagi keluarga
yang mempromosikan keselamatan dan kesejahteraan anak semakin diakui sebagai
strategi yang berhasil dalam mencegah kekerasan terhadap anak.
UNICEF di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, bekerja
untuk mendukung pemerintah dan mitra lainnya untuk merancang program sesuai
dengan budaya setempat yang membantu orang tua untuk memperkuat hubungan dengan
anak-anak mereka dan mengelola perilaku anak dengan cara yang positif.
Investasi dini dalam melindungi anak dari kekerasan membantu
anak-anak tumbuh sehat dan aman. Ini juga merupakan investasi cerdas bagi
pertumbuhan ekonomi di masa depan. Kekerasan, terutama kekerasan seksual dan
pelecehan, memiliki dampak jangka panjang untuk semua anak yang menjadi korban
kejahatan tersebut. Kekerasan juga menempatkan beban sosial dan keuangan yang
besar bagi keluarga, masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pencegahan
kekerasan merupakan investasi penting bagi Pemerintah demi masa depan negara
mereka.
Di Makassar, UNICEF dan Pemerintah Indonesia bekerja sama
dengan sekolah-sekolah, pemuka agama dan pekerja sosial untuk meluncurkan
materi pelatihan khusus yang berfokus pada strategi non-kekerasan untuk
membesarkan anak-anak di rumah, di sekolah dan di masyarakat.
Pada saat yang sama, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak berinvestasi pada telepon hotline bebas pulsa agar anak-anak bisa
melaporkan kasus kekerasan dan pelecehan pada tingkat provinsi dan kabupaten, yang
disertai layanan terpadu bagi korban kekerasan agar bisa menerima konseling dan
perawatan.
Namun masih banyak yang harus dilakukan. Kekerasan adalah
kenyataan sehari-hari untuk terlalu banyak anak di Indonesia, seperti yang akan
segera diungkapkan oleh survei kekerasan pertama yang dilakukan Pemerintah
negara ini. Para korban berhak mendapatkan bantuan, namun tidak banyak yang
mencarinya. Dan terlalu sering, seperti
di Makassar, anggaran pemerintah yang tersedia untuk pekerjaan perlindungan
anak terbatas dan tidak sesuai dengan skala kebutuhan.
Saya akan mengunjungi Makassar lagi setelah RPJMN 2015-2019
diadopsi; dengan harapan bahwa perlindungan anak merupakan prioritas bagi
semua. Ini berarti penyediaan layanan untuk korban di setiap kabupaten, penegakan
hukum yang melindungi anak-anak, serta pendanaan upaya-upaya berbasis
masyarakat untuk menghentikan kekerasan terhadap anak sepenuhnya - seperti yang
telah disarankan Michelin dan teman-temannya.
Forum Anak di Makassar optimis bahwa ini adalah mungkin. Begitu
juga saya.