Astrid Gonzaga Dionisio, Child Protection Specialist
Ibu Prihatin adalah lulusan SMP dari
Kabupaten Kulon Progo dan seorang ibu
dari tiga anak dan. Dia sangat mengerti dengan baik jenis-jenis dukungan yang
dibutuhkan anak-anaknya agar mereka berhasil di sekolah, dan dia sering berbicara tentang hal ini.
"Kita harus memastikan mereka
sarapan setiap pagi dan seragam mereka bersih dan rapi," ucapnya ketika peserta diminta untuk mendiskusikan cara mencegah pengabaian.
Ibu Prihatin telah berpartisipasi dalam
Program Keluarga Harapan (PKH) sejak tahun 2008. Melalui program ini, Pemerintah Indonesia
memberikan bantuan tunai bersyarat kepada keluarga miskin untuk meningkatkan
akses mereka terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Salah satu syaratnya
adalah anggota keluarga harus menghadiri pertemuan peningkatan
kapasitas keluarga semacam ini untuk lebih memahami dampak dari
mengabaikan anak serta bagaimana mencegahnya. Mereka juga belajar tentang
risiko eksploitasi, baik dalam hal tenaga kerja atau bahkan prostitusi.
Ibu Prihatin membacakan hasil diskusi kelompok tentang apa yang bisa dilakukan untuk mencegah pengabaian anak. © UNICEF Indonesia/2014/Astrid Dionisio |
Anak-anak memiliki hak
atas kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan pendidikan. Mereka
juga memiliki hak untuk dilindungi dari segala bentuk eksploitasi dan
pelecehan. Namun, orang tua sering tidak sadar akan risiko dan dampak dari
penelantaran dan eksploitasi.
Ibu Prihatin
mengatakan ini adalah pertama kalinya ia mendengar pembahasan topik seperti ini.
"Topik-topiknya
menarik," katanya. "Saya telah belajar banyak hal yang akan membantu
saya membesarkan anak-anak saya dengan lebih baik, supaya mereka bisa sukses di
sekolah dan siap untuk kehidupan di kemudian hari."
Dia berharap pertemuan peningkatan kapasitas keluarga ini akan
membantu mencegah penelantaran anak dan eksploitasi di masyarakat, dan dia
ingin mendukung ketiga anaknya hingga mencapai pendidikan tinggi.
Selain modul
perlindungan anak, para peserta program PKH juga harus menghadiri sesi yang
berfokus pada pendidikan, kesehatan dan gizi serta pemberdayaan ekonomi.
UNICEF telah membantu pengembangan
sesi-sesi ini. Diskusi yang saya hadiri, yaitu tentang perlindungan anak,
adalah sebuah uji lapangan untuk melihat seberapa banyak yang telah dipelajari peserta
tentang subjek ini.
Ke depannya nanti, pertemuan peningkatan kapasitas keluarga akan dijalankan sepenuhnya oleh fasilitator PKH.
Salah satunya adalah
Sapti Puji Rahayu yang direkrut pada tahun 2008 untuk Kabupaten Kulon Progo
yang meliputi 180 rumah tangga peserta.
Sapti Puji Rahayu, fasilitator PKH di Kulon Progo, Yogyakarta. © UNICEF Indonesia/2014/Astrid Dionisio |
Sapti menjalankan
sesi uji lapangan yang saya hadiri.
Menurutnya pembahasan
topik-topik tentang kekerasan, eksploitasi dan penelantaran sangat relevan dan
penting untuk melindungi anak-anak.
"Saya telah
menemukan kasus-kasus tersebut di masyarakat kami, dan anak-anak
menderita," katanya. "Kesadaran atas risiko dan konsekuensinya sangat
penting untuk diketahui orang tua."
Sapti mengatakan
ia menemukan beberapa anak yang tidak bersekolah dan justru bekerja. Ada juga
yang tidak bersekolah karena orang tua mereka tidak memantau kehadiran mereka.
Sapti senang bisa bekerja dengan anggota masyarakat yang
rentan. "Pengalaman yang paling berkesan adalah keberhasilan saya dalam
membantu keluarga untuk mendapatkan dokumen catatan sipil mereka, termasuk akta
kelahiran anak-anak mereka sehingga mereka bisa mengakses pendidikan dan
layanan lainnya."
Sapti Puji Rahayu (berdiri) memfasilitasi diskusi bersama peserta PKH. © UNICEF Indonesia/2014/Astrid Dionisio |
Setelah melihat sesi pembangunan keluarga dalam aksi, saya
merasa optimis. Kelompok ini terbuka untuk berbicara tentang isu-isu sensitif
seperti eksploitasi dan penelantaran anak. Mengubah ini akan memakan waktu,
tetapi program ini betul-betul membuat perbedaan dan saya bangga bahwa kami di
UNICEF dapat membantu membuat mereka seefektif mungkin.
Kita butuh lebih banyak orang-orang seperti Sapti yang
bersedia untuk mendengarkan, bekerja dan tinggal di tengah masyarakat untuk
menciptakan perubahan bagi kelompok yang paling rentan, terutama anak-anak.