Oleh Yoan Mei Dyandari A – Fundraiser UNICEF Indonesia
Saya sangat bersemangat ketika mendapat kesempatan
berkunjung ke kota Mamuju di Sulawesi Barat. Saya merasa beruntung didampingi
oleh tim UNICEF dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Masagena.
Para Facers disambut oleh anak-anak SDN Pantaraan ©UNICEF Indonesia/2016
Tujuan utama kami adalah Desa Pantaraan, lokasi Sekolah
Satu Atap (SATAP) yang di dukung oleh UNICEF dan LSM Masagena. Perjalanan ke
sekolah tersebut tidak mudah, jalanan berbatu, tidak rata, ditambah terik
matahari yang menyengat. Namun hal itu
tidak menyurutkan semangat saya untuk
bertemu para murid.
Setiba disana, nyanyian “Selamat Datang Kakak” yang
dilantunkan oleh siswa-siswi berseragam batik merah menyambut kedatangan kami.
Saya berusaha menahan air mata haru karena saya merasa bahagia bisa melihat
wajah-wajah ceria mereka.
Salah satunya adalah gadis kecil riang bernama Caca. Ia berlari
kearah kami lalu menggandeng tangan saya, “Ayo kakak kita masuk kelas, kita
main yuk!" Kata Caca.
Saya sangat menikmati kegiatan bersama anak-anak SD
Pantaraan. Kami menggambar, membuat origami
hingga menuliskan cita-cita untuk ditempelkan di majalah dinding dekat pagar sekolah. “Saya ingin menjadi dokter,” kata Caca.
Sepulang sekolah, ia harus mengambil air di sumur sebanyak
dua jerigen. Ia dan keluarganya menggunakan air yang keruh dan berpasir itu
untuk mandi, minum dan memasak.
Meski usianya masih kanak-kanak, Caca memiliki rasa
tanggung jawab yang besar akan tugasnya. “Saya mengambil air sumur dua kali
sehari, saat pulang sekolah dan pulang mengaji,” kata Caca. Saya tercekat
mendengarnya dan menawarkan untuk membantunya menjinjing jerigen berkapasitas
masing-masing lima liter itu mendaki bukit.
Baru sebentar berjalan, saya sudah merasa lelah. Tapi
tidak bagi Caca. Dengan senyum di wajah, ia setengah berlari ke atas bukit
dengan beban yang cukup berat untuk usianya. Dalam hati saya berjanji untuk
lebih menghargai hal-hal yang selama ini saya anggap sepele, seperti air
bersih. Tinggal di kota, saya diberkati kemudahan untuk mengakses fasilitas air
bersih. Saya tidak pernah berpikir bahwa bagi banyak orang, air adalah sesuatu
yang mewah dan perlu perjuangan untuk mendapatkannya.
Anak seusia Caca seharusnya tidak perlu dibebani ‘perjuangan’
untuk menyediakan air untuk keluarga. Namun menurut Bapak Peter dari LSM
Masagena, hal ini masih banyak terjadi di Pantaraan. "Seratus kali saya
melihat ini, seratus kali pula saya menangis. Kita semua
berupaya agar cita cita mereka bisa tercapai dengan sekolah yang layak."
Apa yang saya lihat dan apa yang saya dengar menyadarkan
saya untuk dapat berbuat lebih banyak demi membantu anak-anak seperti Caca
memiliki kehidupan yang terbaik.
Terimakasih Caca, kamu telah menyentuh jiwa kakak-kakak
yang membaca tulisan ini. Keceriaanmu adalah inspirasi. Tetaplah menjadi anak
yang riang hingga tercapai cita-citamu di masa depan.