Oleh Vania Santoso, Youth Engagement Officer
Anak-anak muda sibuk dengan ponsel mereka untuk menyuarakan pendapat mereka selama Temu Nasional Remaja Indonesia © UNICEFIndonesia/2017/Achmad Rifai
Yogyakarta: Setiap
tahun, tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Orang Tua Sedunia, hari yang menekankan
peran penting orang tua dalam membesarkan anak-anak. Anak-anak perlu diasuh dan
dilindungi. Tidak boleh ada anak yang menjadi orang tua.
Pendapat
ini membuat saya mengingat kembali pengalaman saya pada Temu Nasional Remaja
Indonesia di Yogyakarta pada bulan Maret 2017 yang bertujuan untuk menangani
masalah kehamilan remaja yang tidak diinginkan.
Sudah
pasti, di "Twitter Capital of the World", diskusi menyebar luas ke
media sosial. Sungguh sangat luar biasa melihat anak-anak muda dengan berani
menyuarakan pendapat mereka dan memiliki pendirian yang kuat terhadap isu-isu
sensitif ini, baik dalam jaringan (online)
maupun di luar jaringan (offline).
Temu
Nasional Remaja Indonesia selama tiga hari tersebut diselenggarakan bersama
oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), John
Hopkins Center for Communication Programs (JHCCP) dan Gates Foundation. U-Report, sebuah program jajak pendapat anak
muda, digunakan untuk memberikan kesempatan kepada para remaja yang tidak dapat
hadir untuk didengar suara mereka.
Menjelang
Temu Nasional Remaja Indonesia, U-Report mengumpulkan video dan foto dari anak-anak
muda tentang aspirasi mereka. Video kompilasi ini menggambarkan beberapa impian
mereka, tetapi banyak remaja tidak akan pernah bisa menggapai impian mereka
karena kehamilan yang tidak diinginkan.
U-Report
mengajukan pertanyaan kepada anak-anak muda di seluruh Indonesia tentang
pengetahuan dan sikap mereka terhadap kesehatan reproduksi dan juga pernikahan usia
anak, yang berhubungan dengan kehamilan remaja. Jajak pendapat dari 1.380 anak
muda juga menunjukkan kurangnya pengetahuan, faktor-faktor lain seperti kurangnya
akses ke alat kontrasepsi, perkosaan dan kemiskinan juga berkontribusi terhadap
kehamilan remaja.
Data
U-Report yang disampaikan kepada organisasi pemuda, lembaga riset, lembaga-lembaga
pemerintah dan badan-badan PBB pada Temu Nasional Remaja Indonesia tersebut memberikan
kepada para peserta pandangan sekilas tentang gambaran yang lebih besar.
Kontribusi U-Reporter memastikan bahwa pandangan para remaja dari seluruh Indonesia
digunakan untuk menginformasikan diskusi tersebut dan mempengaruhi rekomendasi.
Diskusi Kepemimpinan dengan Melinda Gates (duduk di bagian tengah podium) dan perwakilan anak muda © UNICEFIndonesia/2017/Vania Santoso
Sejumlah pembicara tamu terkenal dan perwakilan anak muda
mediskusikan isu-isu kunci, yang memberikan perspektif berbeda untuk memastikan
bahwa para peserta memperoleh cukup informasi.
Para pembicara antara lain Laurike Moeliono dari Johns Hopkins Center for Communications
Programs, Dr. Robert Blum dari Johns Hopkins University dan Muhammad Auzan Huq dari persatuan pemuda GenRe.
Isaac Tri Octaviari dari Universitas Gadjah Mada menyajikan
hasil penelitian kualitatif tentang kesehatan reproduksi remaja di sembilan
provinsi. "Semua responden, yang terdiri dari 114 pasangan orang tua dan
432 remaja, mengatakan bahwa kesehatan reproduksi dianggap sebagai hal yang
tabu, sedangkan sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa tidak ada layanan
kesehatan reproduksi bagi para remaja dalam masyarakat mereka," katanya.
Pada sore hari, Melinda Gates, co-chair Gates
Foundation, memfasilitasi diskusi panel tentang kepemimpinan dengan tiga
perwakilan anak muda - Evi dari Fatayat Nahdlatul Ulama (organisasi Islam), Dwi
Ayu dari Unala (klinik ramah remaja yang dikelola oleh UNFPA), dan Berli dari
CIMSA (organisasi mahasiswa kedokteran).
"Anda harus mendidik anak-anak ketika mereka
masih muda, membicarakan tentang tubuh mereka dan bagaimana tubuh mereka
bekerja. Setelah mereka menjadi remaja muda, Anda dapat membicarakan tentang reproduksi,
menstruasi, dan banyak lagi, "kata Ibu Gates, menjawab pertanyaan tentang
bagaimana ia membuka dialog tentang pendidikan seks di rumah bersama
anak-anaknya.
"Diskusi ini bukan hanya satu kali. Kita harus
menangani masalah ini secara terus-menerus. Sekalipun hal ini tidak menyenangkan,
Anda harus membicarakannya, khususnya pada saat anak-anak mulai berkencan,
"tambahnya, sambil mendorong semua peserta untuk melakukan diksusi secara terbuka
dan jujur dengan orang tua dan anak mereka.
Setelah diskusi selama tiga hari, perwakilan anak muda
menyelesaikan dokumen rekomendasi kebijakan yang berjudul "Rekomendasi
Remaja" dengan dukungan fasilitator dari UNICEF, UNFPA, Rutgers WPF
Indonesia dan organisasi organisasi lainnya yang dipimpin oleh anak muda.
Rekomendasi tersebut berisi tiga bidang utama: peraturan, penjangkauan remaja,
dan penjangkauan remaja yang telah menikah.
Dari 28 rekomendasi, satu
rekomendasi sangat kontroversial – yang menyediakan alat kontrasepsi kepada semua
orang. Sementara satu kelompok menyatakan bahwa akses universal diperlukan
untuk melindungi semua remaja yang aktif secara seksual terhadap kehamilan
remaja, kelompok lain berpendapat bahwa hubungan seks seharusnya hanya untuk para
pasangan yang telah menikah.
Setelah dilakukan diskusi
mendalam, akhirnya tercapai kesepakatan, bahwa "semua pemangku kepentingan
harus memperluas akses dan kualitas layanan kesehatan bagi para remaja, sebagai
populasi kunci yang masih muda, memberikan layanan konseling dan kesehatan
reproduksi khusus kepada mereka sesuai dengan kebutuhan mereka.”
Rekomendasi tersebut juga meminta pemerintah dan para pemangku kepentingan
lainnya untuk menjadikan pendidikan seks dan kesehatan reproduksi sebagai
bagian standar dari kurikulum sekolah bagi remaja usia 10-19 tahun, termasuk
mereka yang berkebutuhan khusus. Para peserta bahkan telah menyiapkan sebuah usulan
struktur sebagai rujukan.
#IniSuaraku: Untuk Temu Nasional Remaja Indonesia, U-Reporter membuat video dan foto yang mengekspresikan impian mereka © UNICEFIndonesia/2017/Vania Santoso
Ambar Rahayu, yang membidangi kesejahteraan dan pemberdayaan keluarga di
BKKBN, menekankan pentingnya kerja sama untuk meningkatkan hasil kesehatan
reproduksi bagi para remaja. "Kerja sama lintas kementerian, dengan LSM,
masyarakat internasional dan sektor swasta merupakan kunci untuk meciptakan
perubahan," katanya. "Ini bukan tentang menyalahkan atau mengabaikan pendapat
yang berbeda dengan pendapat Anda. Tetapi kita harus memiliki pemahaman yang
lebih baik.”
Melalui penyampaian pendapat anak muda kepada para
pengambil kebijakan pada Temu Nasional Remaja Indonesia tersebut, U-Report
menggunakan media sosial untuk memperkuat ribuan suara anak muda. Suara-suara
ini dapat memberikan masukan dalam perumusan Rekomendasi Remaja yang memastikan
bahwa para pengambil kebijakan telah mendengar suara mereka dengan sungguh-sungguh
dan nyata.
Perlu diketahui bahwa hanya semudah membuka ponsel
untuk membuat diri Anda didengar, setelah Anda menemukan program yang tepat.
Apakah suara Anda telah didengar? Mari bergabung dengan U-Report!
*Acara ini didokumentasikan secara online
melalui #livetweet oleh U-Report di sini.